Wabah Virus Marburg Meluas, Apakah Berpotensi Terjadi di Indonesia?

Kasus virus Marburg telah dilaporkan terjadi di Guniea Ekuatorial dan Tanzania.

Kasus virus Marburg telah dilaporkan terjadi di Guniea Ekuatorial dan Tanzania.

GridHEALTH.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mewaspadai penularan virus Marburg di Indonesia.

Mengingat virus yang masih dalam satu keluarga dengan virus Ebola ini, mempunyai fatalitas yang tinggi mencapai 88%.

Terlebih hingga saat ini belum ada vaksin atau antivirus yang bisa digunakan untuk menangani kasus ini.

Risiko Virus Marburg di Indonesia

Kemenkes pada 20 Februari 2023 lalu, telah melakukan penilaian risiko cepat atau rapid risk assessment.

Dari hasil penilaian tersebut, didapati bahwa potensi terjadinya importasi kasus virus Marburg di Indonesia terbilang rendah.

Meski begitu, Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan, pemerintah dan masyarakat tetap tak boleh lengah.

"Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg," kata Syahril dikutip dari laman SehatNegeriku (29/3/2023).

Pemerintah Indonesia pun juga sudah mengeluarkan Surat Edaran yang berkaitan dengan Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Marburg.

Tak berhenti sampai di situ, pemerintah daerah, fasilitas pelayanan keseahtan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, SDM Kesehatan, hingga pemangku kepentingan juga diminta waspada terhadap penyakit ini.

Wabah Virus Marburg

Ini termasuk penyakit demam berdarah yang kasusnya jarang terjadi. Penularan virus Marburg dapat tejadi bila melakukan kontak langsung dengan seseorang atau hewan yang terinfeksi.

Mengutip laman Osmosis.org, gejala virus Marburg yang sering dilaporkan antara lain:

Baca Juga: Tidak Perlu Terlalu Panik, Virus Marburg Tidak Ada di Indonesia, Ini Faktanya!

1. Demam

2. Meriang

3. Sakit kepala

4. Sakit tenggorokan

5. Nyeri otot

6. Tubuh yang melemah

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali menerima laporan kasus virus Marburg pada 13 Februari 2023 di Guinea Ekuatorial.

Kementerian Kesehatan Guinea Ekuatorial, mengatakan bahwa sudah ada sekitar 13 kasus virus Marburg yang terkonfirmasi.

Laporan ini diberikan setelah WHO mendesak kepada seluruh pemerintah negara Afrika Tengah untuk melaporkan kasus baru secara resmi.

"WHO mengetahui adanya kasus tambahan dan kami telah meminta pemerintah untuk melaporkan kasus ini secara resmi kepada WHO," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku Direktur Jenderal WHO, dikutip dari Reuters (30/3/2023).

Sembilan orang telah meninggal dunia, sementara satu pasien telah dikabarkan pulih.

Sekitar 825 orang yang sempat melakukan kontak dengan pasien yang terinfeksi juga telah dilacak.

Selain di Guinea Ekuatorial, wabah virus Marburg juga dilaporkan terjadi di Tanzania.

WHO mengatakan, terdapat delapan kasus termasuk lima kematian yang telah dilaporkan di wilayah barat laut Kagera. (*)

Baca Juga: Gejala Seseorang Terinfeksi Virus Marburg, Begini Cara Penularannya