Sebelumnya, anak stunting mencapai 37,2 persen pada Riskesdas 2013, turun menjadi 30,8 persen pada 2018.
Kendati begitu, jumlah anak stunting di Indonesia masih tergolong tinggi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan indeks keparahan stunting disebut krisis jika angkanya lebih atau sama dengan 15 persen.
2. Bukan karena genetik
Anak yang gagal tumbuh atau memiliki tubuh pendek sering disebut sebagai “masalah keturunan”.
Ternyata, stunting sama sekali bukan karena masalah genetik.
Stunting adalah gangguan yang terjadi karena masalah nutrisi dan faktor lingkungan.
Kendati demikian, ada yang diturunkan dari orangtua ke anak adalah cara makan dan jenis nutrisi yang dikonsumsi.
Sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat memengaruhi pertumbuhan anak.
3. Stunting terjadi sejak dalam kandungan
Nyatanya, kekurangan nutrisi penyebab stunting bisa menyerang sejak anak berada dalam kandungan.
Secara umum, stunting diartikan sebagai “kesalahan” pemberian asupan gizi yang dinilai kurang dari jumlah yang dibutuhkan.
Pemberian gizi yang cukup seharusnya sudah dimulai, bahkan sejak anak masih berada di dalam kandungan, hingga usia dua tahun.
Baca Juga: 4 Langkah Penanganan Stunting yang Dilakukan di Posyandu Balita