Find Us On Social Media :

Kenali 7 Fakta Stunting pada Anak yang Perlu untuk Diketahui

Masyarakat perlu mengetahui fakta stunting yang selama ini masih jadi masalah

GridHEALTH.id - Penting bagi masyarakat mengetahui fakta stunting yang masih belum dipahami.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi.

Stunting dipengaruhi oleh status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta ekonomi, budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan.

Arahan presiden Republik Indonesia terhadap percepatan penurunan stunting di Indonesia telah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Hal ini menjadi fokus utama Presiden, karena semakin banyak kasus stunting yang terjadi di Indonesia.

Penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi yang diperoleh oleh balita sejak awal masa emas kehidupan pertama, dimulai dari dalam kandungan (9 bulan 10 hari) sampai dengan usia dua tahun.

Stunting akan terlihat pada anak saat menginjak usia dua tahun, yang mana tinggi rata-rata anak kurang dari anak seusianya.

Kendati demikian, pengetahuan akan stunting ini masih minim.

7 Fakta Stunting

Sampai saat ini, kasus stunting di Indonesia masih tinggi dan cenderung mengkhawatirkan.

Ada sejumlah fakta stunting yang perlu untuk diketahui.

1. Angka stunting masih tinggi

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, menyebut bahwa angka stunting di Indonesia menurun.

Baca Juga: Penting untuk Diperhatikan! Inilah Pencegahan Stunting pada Bayi

Sebelumnya, anak stunting mencapai 37,2 persen pada Riskesdas 2013, turun menjadi 30,8 persen pada 2018.

Kendati begitu, jumlah anak stunting di Indonesia masih tergolong tinggi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan indeks keparahan stunting disebut krisis jika angkanya lebih atau sama dengan 15 persen.

2. Bukan karena genetik

Anak yang gagal tumbuh atau memiliki tubuh pendek sering disebut sebagai “masalah keturunan”.

Ternyata, stunting sama sekali bukan karena masalah genetik.

Stunting adalah gangguan yang terjadi karena masalah nutrisi dan faktor lingkungan.

Kendati demikian, ada yang diturunkan dari orangtua ke anak adalah cara makan dan jenis nutrisi yang dikonsumsi.

Sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat memengaruhi pertumbuhan anak.

3. Stunting terjadi sejak dalam kandungan

Nyatanya, kekurangan nutrisi penyebab stunting bisa menyerang sejak anak berada dalam kandungan.

Secara umum, stunting diartikan sebagai “kesalahan” pemberian asupan gizi yang dinilai kurang dari jumlah yang dibutuhkan.

Pemberian gizi yang cukup seharusnya sudah dimulai, bahkan sejak anak masih berada di dalam kandungan, hingga usia dua tahun.

Baca Juga: 4 Langkah Penanganan Stunting yang Dilakukan di Posyandu Balita

4. 1000 hari yang menentukan

Memenuhi asupan nutrisi untuk anak tidak cukup dilakukan dalam waktu satu malam.

Faktanya, untuk mencegah stunting, asupan nutrisi yang baik perlu diberikan sejak awal masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.

Hal ini dikenal dengan periode 1000 hari pertama kehidupan.

Sepanjang waktu ini merupakan periode kritis terjadinya gangguan pertumbuhan, termasuk stunting.

Pada 1000 hari pertama ini, penting untuk memastikan Si Kecil mendapatkan kebutuhan dasar, termasuk nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi.

5. Memicu masalah kesehatan 

Stunting harusnya menjadi satu masalah yang mendapat perhatian khusus.

Pasalnya, selain menyebabkan anak yang lahir bertubuh lebih pendek, stunting juga bisa memicu masalah lainnya.

Masalah yang muncul akibat stunting adalah perkembangan yang terhambat, sistem imun yang rendah dan mengakibatkan anak mudah sakit, gangguan sistem pembakaran, hingga penurunan fungsi kognitif.

Bahkan, masalah gizi yang sangat parah bisa menyebabkan kematian pada bayi dan anak.

Stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak dan IQ anak.

6. Risiko penyakit jangka panjang

Dalam jangka panjang, stunting juga bisa memicu terjadinya penyakit berbahaya.

Baca Juga: Bantuan Pemerintah untuk Mendukung Pencegahan Stunting pada Anak

Risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, obesitas, dan jantung koroner meningkat pada anak stunting.

7.  Nikah muda tingkatkan risiko stunting pada anak

Menurut studi WHO, salah satu penyebab masalah stunting di Indonesia adalah maraknya pernikahan dini di usia remaja, bahkan usia anak.

Perlu diketahui, para remaja masih membutuhkan gizi untuk pertumbuhan yang maksimal hingga usia 21 tahun.

Jika mereka sudah menikah di usia 15 atau 16 tahun, misalnya, maka tubuh ibu akan berebut gizi dengan bayi yang dikandungnya.

Jika nutrisi si ibu tidak mencukupi selama kehamilan, bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan sangat berisiko terkena stunting.

Itulah fakta stunting yang masyarakat perlu ketahui dan penting untuk diperhatikan.

Baca Juga: Angka Stunting Masih Tinggi, Ini Penyebabnya yang Dilihat dari Pola Asuh