GridHEALTH.id - Dampak stunting saat masuk usia sekolah perlu diwaspadai untuk para orangtua.
Tingkat stunting sebagai dampak kurang gizi pada balita di Indonesia melampaui batas yang ditetapkan WHO.
Melansir dari laman kemkes.go.id, kasus stunting banyak ditemukan di daerah dengan kemiskinan tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah.
Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dalam beberapa dekade mendatang.
PricewaterhouseCoopers (PWC), misalnya, memprediksi ekonomi Indonesia masuk dalam lima besar dunia pada 2030, bahkan menjadi ke-4 negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2050 nanti.
Jika itu terjadi, posisi Indonesia hanya akan ada di bawah Tiongkok, India dan Amerika Serikat.
Prediksi tersebut didasarkan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianggap stabil, dan populasi yang besar.
Dari komposisi usia penduduk, pada 2030, 70 persen penduduk Indonesia berusia 15-64 tahun, atau berada dalam masa produktif.
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, sehingga perawakan balita menjadi kerdil atau sangat pendek.
Berdasarkan standar WHO, pertumbuhan anak berusia 0-5 tahun dikatakan mengalami stunting bila di bawah -2 standar, deviasi grafik pertumbuhan anak dan disebut stunting berat bila di bawah -3.
Penyebab stunting akan selalu dikaitkan dengan kekurangan gizi kronis pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Baca Juga: Bisakah Penyembuhan Stunting Dilakukan Saat Anak Sudah Besar?
Namun sebenarnya, ancaman stunting sudah dimulai ketika seorang remaja putri yang kemudian menjadi ibu mengalami kekurangan gizi lantas menderita anemia berkepanjangan.
Dampak Stunting
Stunting memiliki berbagai dampak yang begitu mengkhawatirkan kepada anak.
Kondisi akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama ini bisa mengakibatkan terhambatnya tumbuh kembang hingga kerentanan terhadap berbagai penyakit.Belum lagi, kekurangan gizi pada anak akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM).
Kekurangan gizi yang berlangsung lama sejak anak usia dini menyebabkan organ tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara optimal.
1. Dalam jangka pendek
Dampak jangka pendek bisa memengaruhi kekurangan gizi yang sebabkan gangguan kecerdasan.
Selain itu, tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme.
2. Dalam jangka panjang
Kekurangan gizi menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual.
Gangguan struktur dan fungsi syaraf dan sinaps yang terjadi pada anak balita pendek bersifat permanen.
Hal itu bisa menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah, yang akan berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa.
Karena pertumbuhan otak yang terganggu, prestasi belajar anak stunting pada masa sekolah juga tidak optimal, begitu juga produktivitas kerjanya kelak.
Baca Juga: Apa Pemicu Stunting Paling Utama Saat Bayi Masih dalam Janin?
Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung kroner, dan stroke.
Cara Mencegah Stunting
Terkait persoalan stunting yang semakin mengkhawatirkan ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua terutama ibu untuk mencegah anak lahir stunting.
Berikut beberapa cara mencegah stunting yang bisa dilakukan:
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
2. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI
3. Selalu pantau tumbuh kembang anak
4. Jaga kebersihan lingkungan
Agar tidak merasakan dampak stunting di kemudian hari, segera lakukan pencegahannya.
Baca Juga: Cegah Angka Stunting Terus Meningkat, Ini Upaya yang Harus Dilakukan