GridHEALTH.id - Anak yang mengalami stunting kondisinya masih bisa untuk diperbaiki.
Stunting hingga hari ini masih menjadi masalah kesehatan anak yang bisa terselesaikan dan membutuhkan perhatian yang lebih.
Pasalnya, kondisi yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis ini, mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat.
Anak yang mengalaminya, biasanya mempunyai ciri tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan rata-rata usianya.
Tak hanya memengaruhi persoalan tinggi badan, otak anak juga tidak berkembang dengan baik bila mengalami kondisi ini.
Akibatnya, anak tidak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah dengan kurang baik dan prestasinya pun buruk.
Kejadian stunting pada anak juga akan memberikan dampak yang buruk baginya, saat sudah memasuki usia dewasa.
Dalam salah satu penelitian dengan judul Early and Long-term Consequences of Nutritional Stunting yang dipublikasikan di NBCI, risiko penyakit kronis terkait gizi di masa dewasa cenderung meningkat pada anak yang stunting.
Bagaimana Cara Mengobati Stunting?
Mengutip GridHEALTH, Ketua Satgas Stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, Sp.A(K) mengatakan, anak yang mengalami kondisi ini bisa mendapatkan perbaikan sebelum usianya 2 tahun.
Ia juga menjelaskan, upaya yang dilakukan tidak dapat dibilang bisa memberikan kesembuhan sepenuhnya.
Terutama jika penanganan baru dilakukan saat anak berusia di atas dua tahun.
Baca Juga: Agar Si Kecil Tidak Stunting, Berikut Makanan yang Wajib Dikonsumsi Ibu Hamil
Meski begitu, orangtua juga tak boleh menyerah begitu saja, karena jika dilakukan penanganan dan pengobatan yang tepat, maka kesehatan anak bisa jauh lebih baik.
Dilansir dari laman Indonesia Baik, cara mengobati stunting dapat dilakukan melalui intervensi gizi spesifik di antaranya adalah berikut ini:
1. Inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif
2. Pemberian imunisasi lengkap, terutama imunisasi dasar
3. Pemberian ASI dan kemudian didampingi oleh MPASI pada usia 6-24 bulan
Ketika memberikan anak MPASI (makanan pendamping ASI), utamanya anak menu yang diberikan memiliki kandungan protein hewani.
Selain ketiga hal tersebut, dalam upaya menangani stunting, orangtua juga diharapakan selalu memantau tumbuh kembang anak.
Ini bisa dilakukan dengan rutin melakukan kontrol di klinik, rumah sakit, puskemas, ataupun posyandu.
Tak kalah penting untuk diperhatikan, sanitasi di rumah pun juga perlu dipastikan selalu dalam keadaan bersih.
Karena, sanitasi yang baik dibutuhkan untuk melindungi anak dari risiko penyakit infeksi berulang yang justru akan memperparah kondisinya.
Dengan memerhatikan hal-hal di atas, kondisi kesehatan anak bisa diperbaiki dan risiko efek samping stunting dapat diminimalisir. (*)
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Rembuk Stunting dan Seberapa Penting Melakukannya?