Find Us On Social Media :

Dua Hari Berturut-turut, Jakarta Jadi Kota dengan Kualitas Udara Terburuk

Polusi udara di Jakarta membuat kualitas udara menjadi tidak sehat.

GridHEALTH.id - Kualitas udara di Jakarta berada dalam kategori yang kurang baik untuk kesehatan.

Pada Minggu (13/8/2023), dilaporkan indeks kualitas udara (AQI) berada di posisi pertama kualitas udara buruk di dunia.

Berdasarkan hasil pemantauan, pada pukul 06.00 WIB, AQI di DKI Jakarta berada di angka 170 atau tidak sehat dengan polusi udara PM 2,5.

Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada Senin (14/8/2023) pagi ini, di mana Jakarta menjadi kota keempat di dunia dengan kualitas udara buruk.

Mengutip Kompas (14/8/2023), dari situs IQAir pada pukul 08.22 WIB, nilai indeks kualitas udara di Ibu Kota tercatat di angka 153 AQI US dengan polutan utama PM 2,5.

Konsentrasi polutan tersebut 11,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).

Sebagai informasi tambahan, suhu di Jakarta pagi ini rata-rata 28 derajat Celsius dengan kelembapan 63 persen.

Sementara, angin bergerak dengan kecepatan 7,4 km/h dan tekanan udaranya sekitar 1015 milibar.

Kondisi polusi udara ini menjadi perhatian sejumlah pihak, karena dampaknya yang tidak main-main bagi kesehatan.

Perlu diketahui, partikel polusi udara yang sangat kecil akan dengan mudah terhirup dan masuk ke dalam tubuh.

Partikel itu kemudian menghindari pertahanan alami tubuh dan bersarang jauh di dalam kantung udara paru-paru, lalu partikelnya bisa merusak paru-paru.

Baca Juga: Ibu Wajib Waspada, Polusi Udara Tingkatkan Risiko Gangguan Kognitif dan Stunting

Dampak yang ditimbulkan dapat dibagi menjadi jangka pendek dan jangka panjang.

Dampak jangka pendek polusi udara yakni iritasi di hidung, tenggorokan, mata, dan kulit.

Sakit kepala, pusing, dan mual, serta beberapa penyakit lainnya seperti pneumonia atau bronkitis, juga dapat terjadi akibat polusi udara.

Sedangkan dampak jangka panjangnya apabila menghirup udara yang tidak bersih selama bertahun-tahun, berisiko penyakit jantung, kanker paru-paru, hingga emfisema.

Edukasi Masyarakat

Yayat Supriatna selak pengamat tata kota Universitas Trisakti, meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk menggencarkan edukasi terkait polusi udara.

"Pemprov DKI harusnya sekarang ini memperbanyak informasi tentang kondisi polusi udara. Kan dulu biasanya ada papan informasi, sekarang sangat sedikit di Jakarta itu," ujarnya dikutip dari Kompas (13/8/2023).

"Ketika dikasih papan itu, ditulis di bawahnya, diimbau pakai masker atau diimbau agar tidak olahraga ini yang menyebabkan sakit atau apa. Jadi, harus ada unsur edukasi," sambungnya.

Ia menilai, masyarakat saat ini hanya melihat upaya reaktif pemerintah tentang polusi udara dan dampaknya untuk kesehatan.

Akan tetapi, tidak ada edukasi yang tepat untuk mencegah gangguan kesehatan akibat kondisi tersebut.

"Tidak ada upaya dalam arti yang bersifat pencegahan, salah satunya mengurangi kegiatan di luar rumah," jelasnya.

Pemerintah pun didesak untuk segera melakukan tindakan yang dapat mengatasi masalah polusi udara yang semakin memburuk. (*)

Baca Juga: Lindungi Kesehatan Paru-paru dari Polusi Udara dengan Konsumsi Makanan Ini