Find Us On Social Media :

Ramai Salt Therapy untuk Menangkal Polusi Udara, Ketahui Efek Sampingnya Sebelum Melakukannya

Salt therapy punya efek samping yang perlu diperhatikan.

GridHEALTH.id - Terapi garam atau salt therapy, saat ini sedang menarik perhatian banyak orang.

Pasalnya, baru-baru ini selebritas Nikita Willy melakukan terapi tersebut untuk melindungi anaknya Issa Xander, dari polusi udara Jakarta yang sedang tidak sehat.

Momen tersebut dibagikan oleh Nikita Willy lewat sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya.

"Issa sedang tidak batuk/pilek, tapi karena udara Jakarta tidak bagus jadi aku coba seminggu sekali melakukan salt therapy," tulisnya di akun Instagram, Selasa (22/8/2023).

Dalam unggahan tersebut, terlihat buah hati Nikita Willy berada di dalam ruangan yang berisi garam dan terdapat beberapa peralatan main seperti ember serta skop.

Apa Itu Salt Therapy?

Terapi garam adalah dilakukan dengan menghirup udara dengan partikel garam kecil untuk meningkatkan pernapasan.

Diketahui praktik mengunjungi gua garam untuk tujuan terapeutik telah dilakukan sejak abad ke-12. Pada tahun 1800-an, penambang di Polandia menemukan versi yang lebih modern dan saat ini disebut salt therapy.

Selain memperbaiki pernapasan, terapi ini juga diyakini bermanfaat untuk melawan infeksi, membuat kulit lebih sehat, dan juga mengurangi stres.

Efek Samping Terapi Garam

Akan tetapi, mungkin tidak semua orang cocok untuk melakukan terapi ini.

Beberapa orang dengan kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, mungkin sebaiknya tidak menjalani terapi ini karena potensi efek sampingnya.

Begitu pula dengan wanita hamil atau ibu yang sedang menyusui, perlu melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mencoba terapi garam.

Baca Juga: Hati-hati ISPA Menular, Ini 3 Penularannya yang Patut Diwaspadai

Beberapa efek samping salt therapy yang perlu diketahui sebelum melakukannya adalah sebagai berikut:

1. Iritasi kulit dan mata

Terapi garam yang melibatkan paparan garam dalam bentuk udara atau aerosol bisa menyebabkan iritasi pada kulit dan mata bagi beberapa orang.

Partikel garam yang masuk ke mata atau mengenai kulit yang sensitif dapat menyebabkan rasa terbakar, kemerahan, dan iritasi.

2. Gangguan saluran pernapasan

Meskipun terapi garam sering digunakan untuk mengatasi masalah pernapasan seperti asma atau bronkitis, beberapa orang dapat mengalami gangguan saluran pernapasan selama atau setelah terapi. Ini mungkin termasuk batuk, pilek, atau sesak napas.

Efek ini mungkin disebabkan oleh reaksi tubuh terhadap partikel garam yang masuk ke saluran pernapasan, dan mereka yang memiliki riwayat alergi atau sensitivitas.

3. Dehidrasi ringan

Terapi garam biasanya dilakukan dalam ruangan yang memiliki konsentrasi garam yang lebih tinggi dari udara biasa.

Hal ini dapat menyebabkan hilangnya cairan tubuh melalui proses penguapan lebih cepat dari biasanya.

4. Interaksi dengan obat lain

Ada potensi interaksi antara terapi garam dan obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi oleh seseorang.

Terapi garam dapat mempengaruhi efektivitas obat-obatan tertentu atau bahkan menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan.

Meskipun terapi garam disebut memiliki banyak manfaat, tapi tidak dapat diabaikan bahwa terdapat potensi efek samping yang perlu diperhatikan.

Seperti halnya metode perawatan alternatif lainnya, terapi ini mungkin tidak cocok untuk sejumlah orang. Sehingga sebelum melakukannya, tidak boleh sembarangan dan perlu konsultasi terlebih dahulu. (*)

Baca Juga: Melindungi Diri dari Paparan Polusi Udara, Dokter Ingatkan Pakai Masker di Luar Ruangan