Ketiga, status imunisasinya tidak lengkap. Padahal ini penting untuk melindungi anak dari virus maupun bakteri penyebab penyakit.
Mengutip situs UPK Kemkes, anak yang sudah terkena stunting biasanya memiliki gejala yang terlihat secara fisik.
Di antaranya pertumbuhan tulang pada anak yang tertunda, sehingga tubuhnya lebih pendek dari anak usianya.
Kemudian berat badan rendah dibanding seusianya dan meskipun proporsi tubuh normal, tapi tampak lebih muda untuk usianya.
Langkah BKKBN Atasi Stunting
Untuk mencapai target prevalensi stunting yang ditetapkan, salah satu cara yang dilakukan oleh BKKBN adalah menjalankan program keluarga berencana (KB).
Seperti yang disebutkan sebelumnya, stunting bukan hanya terjadi karena anak kekurangan gizi.
Kurangnya edukasi atau kehamilan berisiko, juga dapat memicu terjadinya gangguan perkembangan ini.
Program KB yang dijalankan oleh BKKBN bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya sehingga bisa mencapai keseimbangan yang baik.
Salah satu manfaat yang bisa didapatkan dari program ini, yakni orangtua dapat mengatur jarak kehamilan, sehingga tidak mengganggu tumbuh kembang anak.
Normalnya, jarak anak pertama dan kedua sekitar 3-5 tahun. Bila anak pertama belum berusia 2 tahun dan sudah memiliki adik, kemungkinan asupan gizinya tidak terpenuhi.
Orangtua yang anak lebih dari satu juga akan kesulitan membagi waktu, sehingga bila tidak diatur, anak yang lebih besar akan kekurangan perhatian. (*)
Baca Juga: Pernikahan Anak Pemicu Stunting yang Disoroti KemenPPPA, Ketahui Upaya Pencegahannya