GridHEALTH.id - Memiliki rumah adalah impian setiap keluarga yang membangun rumah tangga.
Harga rumah yang mahal membuat orang memutar otak bagaimana caranya memiliki rumah, misalnya dengan menyisihkan pendapatan dan menabung baik dilakukan sendiri atau dikordinasikan di level swasta atau pemerintah melalui program seperti Tabungan Perumahan Rakyat.
Namun, memiliki rumah yang sehat nampaknya belum menjadi prioritas karena pola pikir "yang penting punya rumah", terlepas apakah rumah itu mendukung terciptanya kesehatan yang baik.
Rumah sehat adalah tempat tinggal yang mendukung kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang sempurna.
Kondisi perumahan yang sehat dapat mencegah penyakit, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi kemiskinan, dan membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
Menurut standar perumahan rakyat dari WHO, rumah sehat semakin penting bagi kesehatan mengingat pertumbuhan perkotaan, populasi yang menua, dan perubahan iklim.
Dikutip dari NCBI, rumah yang sehat memberikan perasaan "homey" yang mencakup rasa memiliki, keamanan, dan privasi.
Selain itu, perumahan sehat mengacu pada struktur fisik bangunan yang mendukung kesehatan fisik dengan menjadi kokoh, melindungi dari cuaca buruk dan kelembapan berlebih, serta menyediakan suhu yang nyaman, sanitasi yang memadai, pencahayaan yang cukup, ruang yang memadai, bahan bakar yang aman atau sambungan listrik, dan perlindungan dari polutan, bahaya cedera, jamur, dan hama.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kesehatan Perumahan
Kesehatan perumahan tidak hanya bergantung pada aspek fisik bangunan, tetapi juga pada komunitas yang memungkinkan interaksi sosial yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan.
Selain itu, lingkungan sekitar perumahan sangat penting dalam menyediakan akses ke layanan, ruang hijau, dan pilihan transportasi aktif dan publik, serta perlindungan dari limbah, polusi, dan dampak bencana alam maupun buatan manusia.
Baca Juga: Berantas Stunting : Sanitasi Buruk Jadi Sebab Stunting Masih Menonjol di Indonesia
Risiko Kesehatan Terkait Perumahan
Paparan dan risiko kesehatan di lingkungan rumah sangat penting karena banyak waktu yang dihabiskan orang di sana.
Di negara berpenghasilan tinggi, sekitar 70% waktu orang dihabiskan di dalam rumah.
Di beberapa tempat, termasuk di mana tingkat pengangguran tinggi dan banyak orang bekerja di industri berbasis rumah, persentasenya bahkan lebih tinggi.
Anak-anak, lansia, dan orang-orang yang memiliki disabilitas atau penyakit kronis cenderung menghabiskan sebagian besar waktu mereka di rumah, sehingga lebih rentan terhadap risiko kesehatan terkait perumahan.
Anak-anak juga lebih rentan terhadap bahaya dari beberapa racun yang ada di beberapa rumah, seperti yang terdapat pada cat berbahan dasar timbal.
Perumahan akan semakin penting bagi kesehatan karena perubahan demografi dan iklim.
Jumlah orang berusia di atas 60 tahun, yang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, akan berlipat ganda pada tahun 2050.
Pola cuaca yang berubah akibat perubahan iklim juga menekankan pentingnya perumahan yang melindungi dari dingin, panas, dan cuaca ekstrem.
Dampak Perumahan Buruk pada Kesehatan
Perumahan yang buruk dapat memberikan risiko kesehatan. Misalnya, rumah yang strukturnya buruk karena konstruksi atau perawatan yang buruk dapat meningkatkan kemungkinan orang tergelincir atau jatuh, meningkatkan risiko cedera atau bahkan cacat.
Baca Juga: Berantas Stunting: Lingkungan Jorok Bisa Picu Munculnya Stunting
Aksesibilitas yang buruk ke rumah juga dapat mengakibatkan kecelakaan berdampak risiko cedera dan cacat. Perumahan yang tidak aman, seringkali karena masalah keterjangkauan atau keamanan kepemilikan yang lemah, dapat menyebabkan stres.
Perumahan yang punya suhu dalam ruangan yang tinggi dapat meningkatkan kematian kardiovaskular (terkait jantung) dan polusi udara dalam ruangan merugikan kesehatan pernapasan dan dapat memicu reaksi alergi dan iritan seperti asma.
Kepadatan hunian yang tinggi meningkatkan risiko paparan penyakit menular dan stres.
Pasokan air dan fasilitas sanitasi yang tidak memadai mempengaruhi higienitas makanan dan minuman.
Desain perumahan yang tidak mendorong aktivitas fisik mengakibatkan obesitas dan diabetes serta kesehatan mental dan jantung yang buruk.
Bahan bangunan yang tidak aman atau konstruksi yang tidak aman, atau membangun rumah di lokasi yang tidak aman dapat memberikan risiko seperti cedera akibat runtuhnya bangunan.
Dampak Ekonomi dari Kesehatan yang Buruk
Kesehatan yang buruk juga dapat berkontribusi pada hasil ekonomi yang buruk. Kesehatan yang buruk mengakibatkan biaya pengobatan penyakit.
Selain itu, kesehatan yang buruk dapat mempengaruhi kemampuan orang untuk menghasilkan atau menabung uang, yang berdampak pada ekonomi nasional yang buruk. Di sisi lain, perumahan yang mahal mempengaruhi kesehatan terutama bagi orang berpenghasilan rendah.
Biaya perumahan yang tinggi dapat memaksa orang untuk mengurangi kebutuhan penting lainnya yang terkait dengan kesehatan, termasuk makanan, energi, dan perawatan kesehatan. Kesulitan membayar cicilan rumah mengakibatkan penyitaan, serta meningkatkan kemungkinan orang harus sering pindah.