Find Us On Social Media :

Penerapan Imunisasi dan Skrining, Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Kemenkes

Penanganan stunting di Posyandu, dilakukan dengan memantau perkembangan anak.

GridHEALTH.id - Sektor kesehatan Indonesia saat ini berfokus pada upaya promotif dan preventif untuk menjaga kesehatan masyarakat.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan bahwa strategi ini merupakan bagian dari transformasi layanan kesehatan primer, yang merupakan pilar pertama dalam transformasi kesehatan Indonesia.

Transformasi ini bertujuan untuk memperkuat kegiatan promotif dan preventif, meningkatkan skrining kesehatan, serta memperluas kapasitas layanan kesehatan primer.

Fokus utama dari upaya ini adalah menjaga masyarakat tetap sehat melalui layanan di puskesmas, posyandu, bidan, perawat, dan dokter.

Sementara itu, penanganan pasien yang sakit dilakukan di rumah sakit, mulai dari pengadaan obat-obatan hingga alat kesehatan yang lengkap.

Menkes Budi juga mengungkapkan bahwa pemerintah telah melakukan revitalisasi besar-besaran pada jaringan pelayanan kesehatan primer, termasuk 10.000 puskesmas, 85.000 puskesmas pembantu, dan 300.000 posyandu untuk mendukung upaya promotif dan preventif ini.

“Revitalisasinya nomor satu, kami revitalisasi layanan kesehatan, karena masing-masing puskesmas sebelumnya beda-beda pelayanannya. Kami akhirnya standardisasikan pelayanannya. Yang kedua, layanan kesehatan tidak hanya fokus kepada ibu hamil dan balita,” lanjut Menkes Budi.

“Pada program revitalisasi, layanan kesehatan promotif dan preventif ditujukan, mulai dari ibu hamil, balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Itu yang kami revitalisasi. Yang ketiga, semua (data) digitalisasikan. Jadi, program revitalisasi ini sudah dilakukan dengan sangat masif.”

Pentingnya Imunisasi

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya peran puskesmas dalam upaya promotif dan preventif sebagai bagian dari standardisasi layanan kesehatan.

Salah satu implementasi upaya preventif di puskesmas adalah melalui imunisasi dan skrining.

Baca Juga: Melihat Hubungan Antara Teknologi Starlink Elon Musk dan Kesehatan Indonesia

Imunisasi berfungsi untuk mencegah penyakit, sementara skrining digunakan untuk mendeteksi risiko penyakit.

Menurut Menkes Budi, imunisasi di Indonesia kini dilengkapi dengan tiga antigen baru, yaitu vaksin HPV (human papillomavirus) untuk pencegahan kanker serviks, vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) untuk pencegahan pneumonia, dan vaksin Rotavirus untuk mencegah diare.

Vaksin PCV dan Rotavirus diberikan kepada semua balita, sedangkan vaksin HPV ditujukan bagi perempuan mulai dari usia 11 hingga 21 tahun.

Pemberian vaksin HPV ini dilakukan karena kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada wanita setelah kanker payudara di Indonesia.

Sementara itu, pemberian vaksin PCV dan Rotavirus ditujukan untuk menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia dan diare, yang hingga kini masih tinggi.

Ketiga vaksin tersebut, HPV, PCV, dan Rotavirus, telah diakui secara internasional. Indonesia kini telah mengadopsi imunisasi dengan ketiga vaksin ini sebagai program nasional besar.

Skrining untuk Deteksi Risiko Penyakit

Upaya preventif di layanan kesehatan primer yang menonjol adalah skrining, terutama untuk penyakit gizi pada balita, seperti stunting.

Program skrining ini adalah bagian dari layanan besar di puskesmas yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, stunting merupakan masalah gizi yang paling banyak dihadapi, dan skrining dilakukan dengan mengukur tinggi dan berat badan anak menggunakan alat antropometri.

Sebelumnya, proses pengukuran di posyandu tidak standar, tetapi kini Kementerian Kesehatan telah mendistribusikan lebih dari 300.000 alat antropometri ke seluruh posyandu di Indonesia.

Baca Juga: Upaya Percepatan Penurunan Stunting dan Kendala Intervensi Pencegahan Stunting di Posyandu

Selain itu, skrining masif juga dilakukan untuk bayi dalam kandungan ibu hamil dengan alat ultrasonografi (USG).

Sebelumnya, hanya 2.200 dari 10.000 puskesmas yang memiliki alat USG. Oleh karena itu, pemerintah mendistribusikan alat USG ke puskesmas untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

Alat USG ini juga berfungsi untuk mendeteksi kanker payudara.

Menkes Budi juga menambahkan bahwa skrining kanker serviks dilakukan dengan mesin PCR, di mana sampel diambil dari serviks, bukan hidung.

Selain itu, skrining tuberkulosis (TB) juga meningkat signifikan, dengan target hingga 900.000 orang terdeteksi.

Skrining penyakit tidak menular, seperti stroke, jantung, dan kanker, juga menjadi fokus. Deteksi dini tekanan darah tinggi, gula darah, dan lemak darah sangat penting, dan jika ditemukan, obat-obatan akan diberikan secara gratis.

Baca Juga: Apakah Anak yang Mudah Sakit Merupakan Gejala Terjadinya Stunting?