GridHEALTH.id - Angelina Jolie berbagi kisah tentang pilihan sulit dalam hidupnya dengan melakukan operasi pengangkatan payudara dan rahim untuk menghindari risiko kanker yang turun dari mendiang sang ibu.
Kisah operasi pengangkatan payudara dan rahim tersebut dituangkan Angelina Jolie dalam artikel bertajuk: Angelina Jolie Pitt: Diary of a Surgery yang terbit di The New York Times, pada Mei 2013 silam.
Angelina Jolie memutuskan untuk melakukan operasi pengangkatan payudara dan rahim setelah tes darah yang dilakukannya menyatakan bahwa ia berpotensi besar, 87% menderita kanker payudara, dan 50% menderita kanker rahim.
Baca Juga : Shahnaz Haque Sembuh dari Kanker Ovarium, Hidup Seperti Ini yang Dilakukannya Sekarang
Dalam artikel tersebut, mantan istri Brad Pitt ini mengaku bahwa keputusan operasi pengangkatan payudara dan rahim yang ia lakukan bukanlah keputusan mudah.
Ia sadar bahwa sebagai seorang wanita ia akan kehilangan payudaranya.
Namun sebagai seorang ibu, Angelina Jolie tidak mau anak-anaknya akan merasakan kesedihan yang sama seperti yang ia rasakan saat harus kehilangan ibu, nenek, dan tantenya akibat kanker.
Baca Juga : Anak Sering Bertanya Berulang-ulang? Waspada Idap Gangguan Ini!
"Saya tahu bahwa ini adalah realitas saya, saya memutuskan untuk bersikap proaktif dan meminimalkan risiko sebanyak yang saya bisa.
Saya membuat keputusan untuk melakukan mastektomi ganda preventif.
Saya mulai dengan payudara, karena risiko kanker payudara saya lebih tinggi daripada risiko kanker ovarium, dan pembedahannya lebih kompleks," tulis Angelina Jolie.
Selama kurang lebih tiga bulan, Angelina Jolie menjalani operasi mastektomi ganda preventif.
Proses dimulai pada 2 Februari 2013 dengan prosedur 'nipple delay', yakni prosedur mengeluarkan penyakit di saluran payudara di belakang puting dan menarik aliran darah ekstra ke area tersebut.
"Hal ini menyebabkan rasa sakit dan banyak memar, tetapi ini meningkatkan peluang untuk menyelamatkan puting," ungkap
Baca Juga : Dari Megan Fox hingga Dian Sastrowardoyo Gandrungi Diet Keto
Dua minggu kemudian, Angelina Jolie menjalani operasi besar di mana jaringan payudara diangkat dan pengisi sementara di pasang.
"Operasi bisa memakan waktu delapan jam. Anda bangun dengan tabung saluran dan pembesaran di payudara Anda. Itu terasa seperti adegan dari film fiksi ilmiah. Tetapi beberapa hari setelah operasi Anda dapat kembali ke kehidupan normal," lanjutnya.
Sembilan minggu kemudian, operasi akhirnya selesai dengan rekonstruksi payudara dengan implan.
Baca Juga : Kenali Penyebab Stroke yang Merenggut Nyawa Aktor Senior Robby Tumewu
Meskipun kehilangan kedua payudara, Angelina Jolie mengaku tidak menyesal menjalani operasi mastektomi ganda preventif.
Sebab hal itu menurunkan risikonya terkena kanker payudara.
"Keputusan untuk menjalani mastektomi tidaklah mudah. Tapi itu adalah salah satu keputusan yang saya sangat senang, saya buat. Peluang saya mengembangkan kanker payudara telah menurun dari 87% menjadi di bawah 5%. Saya dapat memberi tahu anak-anak bahwa mereka tidak perlu takut akan kehilangan saya karena kanker payudara," ungkapnya.
Tak lama setelah menjalani operasi pengangkatan payudara, Angelina Jolie menjalani operasi pengangkatan rahim.
Di 2015, Angelina Jolie mengetahui bahwa dirinya telah memiliki bibit kanker yang tumbuh di rahimnya.
Tanpa berpikir panjang, ia kembali memutuskan untuk menjalani operasi pengangkatan rahim demi meminimalisir risikonya menderita kanker rahim.
"Aku telah merencanakan hal ini selama beberapa waktu. Ini merupakan operasi yang tak serumit mastektomi (pengangkatan payudara). Namun efek yang ditimbulkan lebih parah. Operasi ini membuat seorang wanita mengalami menopause secara paksa. Jadi, aku menyiapkan dirinya secara fisik dan mental, berdiskusi dengan dokter, mencari pengobatan alternatif, dan menata hormon estrogen-ku dan progesteron. Tapi aku merasa masih punya waktu untuk menentukan tanggalnya," tulisnya.
Baca Juga : Hati-hati, Sakit Jantung Ternyata Bisa Pengaruhi Kondisi Ekonomi
Selama menjalani beberapa operasi besar tersebut, Angelina Jolie berhasil menjaga privasinya dan melanjutkan pekerjaannya sebagai seorang aktris sekaligus sutradara.
Ia berharap kisahnya ini dapat memberikan banyak orang sadar bahwa mereka masih memiliki pilihan.
"Saya ingin mendorong setiap wanita, terutama jika Anda memiliki riwayat keluarga kanker payudara atau ovarium, untuk mencari informasi dan ahli medis yang dapat membantu Anda melalui aspek kehidupan Anda ini, dan untuk membuat pilihan Anda sendiri," tulisnya.
Ia tidak ingin setiap wanita melakukan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan, karena bagaimana pun keputusannya tersebut tidak selalu benar.
Namun ia mengingatkan bahwa setiap wanita yang memiliki risiko kanker bisa menguji gen dan memiliki pilihan untuk tetap sehat melanjutkan hidupnya yang indah.
Kanker payudara dan kanker rahim memang masih menjadi dua ancaman terbesar bagi wanita.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa kanker payudara dan kanker leher rahim ialah kanker yang paling banyak mengancam wanita.
Baca Juga : Aneka Masalah pada Payudara Saat Menyusui Bayi dan Solusinya
Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insidens kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan, kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan.
Adapun berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit 2010, kasus rawat inap kanker payudara 12.014 kasus (28,7%), kanker leher rahim 5.349 kasus (12,8%).
Hal ini menunjukan bahwa ancaman kanker payudara dan kanker leher rahim di Indonesia cukup tinggi.
Baca Juga : Payudara Sehat Seksi Didapat Hanya Dengan 7 Cara Favorit Ini
Meskipun risiko kanker dapat berasal dari gen turunan, tetapi faktanya sejumlah penelitian ilmiah telah menemukan bahwa ada beberapa hal yang bisa lakukan untuk mencegah pertumbuhan sel-sel kanker.
Beberapa diantara dengan menghindari rokok, menjaga berat badan tetap ideal, mengonsumsi makanan bergizi, menjauhi alkohol, mendapatkan sinar matahari yang cukup, dan tetap aktif.
Source | : | nytimes.com,depkes.go.id,Cancerresearchuk.org |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar