GridHEALTH.id - Soal rasa dan efektivitas, sepakat dong mi instan jawabannya.
Bagaimana tidak mi instan itu makanan cepat dimasak, mudah diolah, enak rasanya, dan murah harganya.
Intinya gara-gara rasa yang berbeda dan kemudahan persiapan membuat mie instan menjadi pilihan siap saji di dapur.
Tak heran di India mie instan hampir menjadi makanan pokok dapur. Kemudian muncul berita tragis (bagi sebagian orang) bahwa mie ini telah dilarang!
Baca Juga : Putri Titian Kepergok Ibunya Makan Mie Instan 2 Bungkus Saat Hamil
Asal tahu saja India berada di urutan keempat dalam konsumsi mie instan. Masyarakat India mengonsumsi 5,5 miliar porsi mi instan per tahun.
Mungkin itu pula yang terjadi di Indonesia. Hanya saja di Indonesia tidak ada pelarangan mengonsumsi mi instan.
Tapi peringatan tentang bahaya dan kandungan mi instan banyak dan mudah kita temukan.
Apa sih yang membuat mi instan dinyatakan tidak sehat oleh banyak kalangan ahli?
Bahan dan persiapan awal yang tidak sehat
Produk makanan yang dapat dimasak dalam sekejap (tepatnya 2 menit), memiliki umur simpan yang panjang, menjadi tanda tanya banyak ahli, apa yang terdapat di dalam mi instan?
Baca Juga : Putri Titian Ketahuan Masak Mi Instan Saat Hamil Oleh Ibunya, Ini Cara Memasaknya yang Aman Untuk Ibu Hamil
Apalagi mi instan kaya rasa, dan ini yang membuat banyak orang ketagihan.
Mi instan sebagian besar terbuat dari maida (bahkan yang mengklaim terbuat dari atta atau multigrain, mengandung maida sebagai bahan utama), yang kemudian digoreng dalam minyak kelapa (trans-lemak), yang lagi-lagi memiliki umur simpan lama dan rasanya lebih enak.
Inilah sebabnya mie renyah saat dikemas dan membutuhkan waktu lebih sedikit untuk memasak.
Nutrisi rendah
Makan mie instan secara teratur, itu artinya kita melakukan diet tidak bernutrisi.
Meskipun mie instan mengklaim mengandung banyak vitamin, protein, dan masih banyak klaim lainnya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang makan mie secara teratur memiliki tingkat protein, kalsium, vitamin C, fosfor, zat besi, niasin dan vitamin A yang rendah.
Baca Juga : Inilah Bukti Nyata Wanita Bersalin Sesar Adalah Wanita Hebat!
Faktanya, sebuah penelitian yang dilakukan di kalangan mahasiswa di Seoul yang mengonsumsi mi instan secara teratur menemukan, bahwa asupan mi instan berhubungan positif dengan peningkatan obesitas dan sindrom kardiometabolik.
Para peneliti juga melaporkan trigliserida tinggi, tekanan darah dan kadar glukosa darah puasa pada siswa.
Tinggi sodium, maida
Tergantung pada mereknya, mie instan dapat mengandung antara 600 hingga 2000 mg natrium per sajian!
Ini dapat meningkatkan level tekanan darah pada mereka yang sensitif terhadap garam.
Seperti disebutkan sebelumnya, mi instan terbuat dari maida sebagai bahan utama.
Maida rendah serat dan kurang nutrisi. Ini juga dapat mengganggu pencernaan.
Baca Juga : Ternyata Ini Manfaat Sunat Bagi Pria, Rugi yang Belum apalagi Tak Mau
Maida menjalani proses ekstensif melepaskan nutrisi dan hanya menyediakan kalori kosong.
Zat perasa dan pengawet
MSG-Monosodium Glutamat dalam mie instan dengan cerdik disembunyuikan oleh produsen di bawah agen penyedap rasa.
Beberapa bahkan mungkin tidak mencantumkan ini pada label bahan mereka meskipun MSG terdapat di dalamnya.
Walau MSG telah terdaftar sebagai 'aman' oleh FDA-Food and Drug Administration, asupan reguler dari pencicip rasa dengan mi instan dapat membuat kita terkena efek negatif MSG.
Baca Juga : Studi: Rutin Latihan Aerobik Kurangi Tingkat Depresi Pada Wanita
Seperti sakit kepala, kesemutan otot, reaksi alergi, detak jantung yang cepat dan kelelahan.
Melihat daftar bahan yang memiliki angka untuk menunjukkan peningkat Flavour, zat penguat, Zat Warna dan Zat Pengasaman menunjukkan betapa tidak sehatnya produk itu sebenarnya.
Selain itu semla, pada beberapa mi instan yang mempromosikan diri mengandung sayuran, tahu tidak apa yang sebenarnya terdapat dalam kemasan mi instan tersebut?
Potongan-potongan sayuran yang sangat kecil dan kecil tidak dapat dihitung karena tidak menyediakan banyak nutrisi.
Source | : | 1to1help.net |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar