Jarak bandul ke pasien sekitar tiga puluh sentimeter.
“Nah, saat bandul didekatkan nanti bandul-bandul itu bergerak. Dari situ terdeteksi alergi yang dialami oleh pasien,” papar dr. Syahrial Mukhtar, Kepala Klinik Bioresonansi, RS Pluit Jakarta Utara yang menggunakan alat diagnosis bioresonansi bernama biotensor.
Baca Juga : Pengobatan TBC Pada Bayi Tidak Hanya dengan 1 Obat, Bisa 3 atau Lebih
Ya, bioresonansi merupakan terobosan baru dalam deteksi dan terapi alergi.
Alat yang ditemukan Dr. Han Brugemann pada 1976 dan dipopulerkan Dr. Peter Schumacher pada 1991 ini memiliki banyak kelebihan.
Untuk mendeteksi alergi, alat dengan bandul di ujungnya ini tidak perlu menyentuh tubuh, tapi cukup diarahkan beberapa senti dari tubuh pasien.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar