GridHEALTH.id – Bioresonansi adalah sebuah alat juga metode untuk mendeteksi seseorang apakah memiliki alergi atau tidak.
Sekaligus mampu mendeteksi alergi apa yang diderita seseorang.
Bioresonansi bisa digunakan kepada siapa saja, mulai bayi hingga orangtua.
Cara kerja Bioresonansi cukup simpel dan cepat.
Alat-alat Bioresonansi, ada yang berupa potongan besi sebesar pulpen, yang di ujungnya terdapat bandul, dan benda yang mirip senter.
Baca Juga : Tips Supaya Bayi Tidak Terinfeksi Bakteri TBC, Lakukan 4 Hal Berikut
Cara mendeteksinya bandul digerak-gerakan di dekat seseorang yang sedang dideteksi alerginya. Lalu benda yang mirip senter diarahkan ke kotak seukuran keybord computer yang berisi ampul-ampul cairan zat-zat alergen.
Jarak bandul ke pasien sekitar tiga puluh sentimeter.
“Nah, saat bandul didekatkan nanti bandul-bandul itu bergerak. Dari situ terdeteksi alergi yang dialami oleh pasien,” papar dr. Syahrial Mukhtar, Kepala Klinik Bioresonansi, RS Pluit Jakarta Utara yang menggunakan alat diagnosis bioresonansi bernama biotensor.
Baca Juga : Pengobatan TBC Pada Bayi Tidak Hanya dengan 1 Obat, Bisa 3 atau Lebih
Ya, bioresonansi merupakan terobosan baru dalam deteksi dan terapi alergi.
Alat yang ditemukan Dr. Han Brugemann pada 1976 dan dipopulerkan Dr. Peter Schumacher pada 1991 ini memiliki banyak kelebihan.
Untuk mendeteksi alergi, alat dengan bandul di ujungnya ini tidak perlu menyentuh tubuh, tapi cukup diarahkan beberapa senti dari tubuh pasien.
Sementara ujung satunya yang seperti senter disorotkan pada deretan ampul. Jika bandul bergerak menunduk berarti anak sensitif terhadap alergen yang sedang disorot.
Lain halnya jika bandul bergerak ke kiri dan kanan alias menggeleng. Itu artinya zat yang disorot bukan merupakan alergen bagi pasien yang sedang dideteksi.
Baca Juga : Bayi Bisa Juga Terkena Penyakit Tuberculosis alias TBC atau TB
Jelas, proses deteksi itu bebas rasa sakit. Bandingkan dengan metode deteksi alergi selama ini yang didahului pengambilan darah dan diteruskan dengan penetrasi belasan bahkan puluhan zat alergen di kulit. Jelas, bioresonansi jauh lebih nyaman.
"Alat ini pun sangat sensitif, akurasinya mencapai 95%," ungkap Syahrial. "Lamanya deteksi kurang lebih 15 menit."
Bioresonansi merupakan proses deteksi dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang menurutnya dimiliki setiap benda, termasuk zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Baca Juga : Ini Alasan Pria 17 Tahun Menikahi Wanita Usia 70 Tahun, Hormon Seksualnya Meningkat
Sel-sel tubuh berkomunikasi satu sama lain dengan frekuensi tertentu. Jika komunikasi antarselnya lancar, dapat dipastikan maka tubuh orang itu sehat.
Lain halnya jika komunikasi tersendat oleh substansi yang memiliki frekuensi gelombang lain, maka fungsi tubuh akan terganggu. "Gelombang yang ditimbulkan dua arah, sehingga muncul gerakan vertikal atau mengangguk pada pendulum," tambahnya.
Selain bebas rasa sakit, alat ini juga dapat mendeteksi banyak alergen. "Saat ini kurang lebih ada 180-an alergen yang dapat dideteksi, bahkan pasien dapat membawa bahan atau makanan yang dicurigai sebagai penyebab alergi." Lamanya proses deteksi juga lebih cepat dan mudah.
Baca Juga : Cegah 8 Kebiasaan Jorok yang Sering Dilakukan Anak Demi Kesehatannya
Deteksi alergi dengan bioresonansi bisa dilakukan sejak usia batita, bahkan bayi.
Berbeda dengan deteksi alergi lewat pengambilan darah dan penetrasi alergen dengan jarum, minimal usia anak yang dapat diperiksa 3 tahun ke atas atau setelah anak dapat diajak bekerja sama.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar