GridHEALTH.id – Fortifikasi adalah makanan yang mendapat tambahan zat gizi penting.
Untuk diketahui, ada empat kekurangan gizi yang banyak dialami anak di tanah air, yaitu protein, vitamin A, yodium, dan zat besi.
Padahal, banyak dampak langsung yang dirasakan akibat kekurangan gizi tersebut.
Kekurangan zat besi, misalnya, dapat menyebabkan anemia. Selain mengurangi konsentrasi anak, anemia juga dapat membuat anak tidak bersemangat dalam belajar, karena gangguan 3 L: lemah, letih, dan lesu. Ini sungguh kerugian besar bagi sebuah generasi.
Baca Juga : Selain Enak, 5 Makanan Imlek Ini Bawa Keberuntungan Bagi Kesehatan
Fortifikasi bisa menjadi jawaban masalah gizi yang menghantui sebagian besar masyarakat.
Fortifikasi sendiri merupakan penambahan satu atau lebih fortifikan (zat gizi) kepada bahan makanan/minuman yang dikonsumsi secara massal dan terus-menerus.
Fortifikasi adalah teknologi untuk mengejar ketertinggalan masyarakat akan gizi. Sangat murah, efektif, dan efisien.
Ada banyak bahan pangan yang dapat difortifikasi. Di antaranya garam, beras, gula, tepung terigu, dan minyak goreng.
Hal yang jelas, semuanya merupakan bahan konsumsi utama masyarakat. Garam, misalnya.
Baca Juga : Olive Oil Hilangkan Selulit, 3 Makanan Ini Juga Tak Kalah Berkhasiat
Banyak orang dapat berpuasa dari konsumsi gula, menyeruput teh manis, kue, dan lain-lain, tapi apakah Anda tahan mengonsumsi makanan hambar setiap hari?
Demikian juga dengan beras dan tepung terigu yang dikonsumsi setiap hari.
Agar bahan pangan di atas "kaya" gizi, maka ditambahilah zat gizi.
Untuk tepung, misalnya, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2003, setiap tepung yang diproduksi, diimpor, atau diedarkan di Indonesia harus mengandung zat besi 60 ppm (Part Per Million), seng 30 ppm, vitamin B1 (thiamine) 2,5 ppm, vitamin B2 (riboflavin) 4 ppm, dan asam folat 2 ppm.
Baca Juga : Konsumsi Ramuan Bawang Putih Campur Madu, Ini Khasiat yang Akan Dirasakan dalam Tubuh!
Tak heran jika daftar komposisi gizi pada mi instan pun dilengkapi dengan deretan zat gizi.
Penambahan lima zat gizi pada tepung terigu hanya membutuhkan biaya kira-kira sekitar beberapa rupiah saja per bungkusnya.
Sebuah harga yang rendah di balik manfaatnya yang tinggi.
Demikian juga penambahan yodium sebesar 30 ppm pada garam sangatlah murah.
Untuk membuat garam beryodium tersebut, para produsen hanya perlu mencampurkan 30 g yodium ke dalam 1 ton garam.
Baca Juga : Beton, Biji Buah Nangka Bergizi Sehat dan Berkekuatan Mistis
Dengan yodium bubuk seberat 1 kg berarti dapat mencampur garam sebanyak kurang lebih 33 ton. Harga yodium dalam bentuk bubuk sekilonya hanya Rp200.000.
Karena tidak membuat harga makanan menjadi mahal, tidak ada alasan bagi produsen untuk tidak membubuhi zat fortifikan pada produk makanannya.
Malah beberapa produsen garam membubuhi garamnya dengan zat besi dan vitamin A.
Sebuah usaha yang perlu didukung secara luas. Garam kini mampu memberi lebih dari sekadar rasa asin.
Baca Juga : Hari Gizi Nasional, Memilih Susu Formula, Mana Yang Paling Sehat?
Selain garam, tepung terigu, atau beras, masih banyak makanan atau minuman lain yang saat ini difortifikasi.
Untuk anak-anak, misalnya, permen susu karamel, biskuit, kue, dan minuman kesehatan.
Meski bahan pangan itu tidak dikonsumsi secara massal dan terus-menerus, itu tetap merupakan usaha yang bagus, karena jajanan itu sangat akrab dengan anak.
Jajanan yang semula remeh tersebut menjadi kaya akan zat gizi.
Vitamin atau zat gizi yang ditambahkannya pun semakin bervariasi seperti vitamin C atau vitamin lain.
Source | : | Tabloid nakita 477 |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar