"Ketika kembali ke rumah, aku tahu bahwa kecemasan ini telah mencapai puncaknya dan tidak berkurang. Aku tidak nafsu makan dan tidak bisa tidur di malam hari, bahkan terkadang bangun dalam keadaan panik."
Baca Juga : Aura Kasih Hamil Suami Rajin Memasak, Ini Makanan Sehat Ibu Hamil
"Aku bahkan tidak ingin membacakan cerita sebelum tidur pada anak-anakku, padahal itu merupakan hal favoritku, dan itu membuatku tidak berdaya," kenang Kim.
Kecemasannya melanda hampir ke mana pun dia pergi. Namun, dia tahu bahwa tinggal di dalam bersama dua anaknya bukanlah solusi.
Kim terus mencoba melawannya terlepas dari betapa mengerikannya ia tidur atau betapa cemasnya hari itu. Ia tidak pernah berhenti, meski setiap hari terasa melelahkan dan penuh ketakutan.
Akhirnya Kim memutuskan untuk pergi ke dokter guna mengetahui apakah kecemasannya diperparah oleh alasan fisiologis dan psikologis.
Hasil pemerikasaan menunjukkan bahwa tiroidnya tidak berfungsi dengan baik dan dokter meresepkannya obat.
Seolah tak puas, Kim juga mengunjungi seorang ahli naturopati dan seorang ahli gizi yang berusaha mengevaluasi apakah makanan tertentu memicu kecemasannya.
"Aku merasa seperti mengejar dan dikejar sesuatu karena ini tidak membantu," kata Kim.
Baca Juga : Diet Jahe, Cara Mudah untuk Turunkan 2-4 Kilogram dalam Seminggu
Tak lama, seorang dokter kedokteran integratif meresepkan Xanax, sejenis obat penenang, yang bisa diminumnya saat ia mengalami serangan panik.
Source | : | Health line,Journal of Neuro Science |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar