GridHEALTH.id – Gangguan penglihatan memang kerap dikeluhkan oleh ibu saat hamil.
Ada yang mengeluh lebih silau jika terkena cahaya, tidak nyaman dengan kacamata atau lensa kontaknya, pandangannya agak kabur, ada titik hitam di penglihatan, dan sebagainya.
Perubahan yang terjadi pada mata ini, disebabkan adanya perubahan fisiologis maupun patologis.
Baca Juga : Krisdayanti Umumkan Tanggal Pernikahan Reino Barrcak dan Syahrini, Akankah Luna Maya Semakin Patah Hati?
Mari kita simak bersama pemaparan Dr. Rini Hersetyati, SpM., dari Klinik Mata Nusantara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, berikut ini:
* Perubahan Fisiologis
Terjadi pada kornea: kornea akan lebih sensitif dan ketebalannya berubah.
Pada keadaan ini menyebabkan orang yang memiliki kelainan refraksi (rabun jauh atau rabun dekat) akan merasakan tidak nyaman dengan kacamatanya.
Keluhan juga terjadi pada pengguna lensa kontak, biasanya akan terjadi ketidaknyamanan atau mata sering merah.
Karena hal ini merupakan perubahan fisiologis selama kehamilan, tentu saja setelah melahirkan keadaan akan kembali normal.
Baca Juga : Seorang Anak Usia 9 Tahun Meninggal Usai Makan Es Krim, Kok Bisa?
Untuk mengatasi halhal tersebut disarankan pada saat hamil sebaiknya pengguna lensa kontak menggunakan kacamata dahulu.
Bila terjadi perubahan ukuran kacamata, apabila sangat mengganggu, ukuran kacamata boleh diganti tetapi yang perlu diingat bahwa setelah masa kehamilan berakhir kemungkinan besar ukuran kacamata akan berubah lagi.
Baca Juga : Marion Jola Akui Buka Jaket di Panggung Pensi SMA, Ini Alasan Medisnya
* Perubahan Patologis
Yaitu, terjadinya perubahan yang menyebabkan gangguan fungsi.
Pada keadaan ini, gangguan yang terjadi bisa membaik setelah berakhirnya kehamilan atau bisa juga tidak membaik, ibu tetap mengalami gangguan mata meskipun sudah tidak hamil lagi.
Perubahan patologis yang sering terjadi pada kehamilan adalah pembengkakan di pusat penglihatan (macula).
Ini terjadi karena kebocoran di lapisan saraf mata (retina) yang kemudian cairannya terkumpul di pusat penglihatan, istilah medisnya, Central Serous Retinophaty.
Umumnya, gejala yang dikeluhkan oleh ibu adalah penurunan tajam penglihatan atau penglihatan bagian tengah lebih kabur.
Kasus ini akan membaik walapun tanpa pengobatan, mengingat pemberian obat pada ibu hamil juga berisiko pada janin yang dikandung.
Perubahan patologis juga bisa diakibatkan oleh beberapa penyakit pemicu, seperti:
Baca Juga : Marion Jola Akui Buka Jaket di Panggung Pensi SMA, Ini Alasan Medisnya
Preeklamsia atau Eklamsia
Pada beberapa kasus kehamilan dengan preeklamsia/eklamsia, bisa terjadi penumpukan cairan di bawah lapisan saraf mata secara menyeluruh (exudative retinal detachment), sehingga menyebabkan ketajaman penglihatan sangat turun.
Umumnya, setelah kehamilan selesai dan eklamsia teratasi, dengan sendirinya cairan akan hilang dan lapisan saraf kembali normal.
Tetapi tak menutup kemungkinan pula kalau ketajaman penglihatan tidak kembali seperti semula, bahkan ada beberapa kasus sudah keburu mengalami kebutaan.
Untuk mengatasinya, biasanya tak ada penanganan khusus di bagian mata, misalnya dengan memberikan obat atau terapi. Yang diatasi adalah masalah eklamsianya.
Ini merupakan jalan terbaik, selain untuk kesehatan mata juga untuk kesehatan secara umum mengingat eklamsia berbahaya bagi ibu maupun janin.
Jika eklamsia tak ditangani dengan baik, bukan saja mengakibatkan gangguan pada mata, melainkan juga jantung, metabolisme tubuh, sistem hormonal, bahkan kelainan pada pertumbuhan janin.
Baca Juga : Romi Septiawan Akui Sedang di Puncak Amarah Ketika Bunuh Istri Pakai Parang, Ini Kiat Menghadapi Kemarahan
Dabetes Melitus
Pada wanita dengan diabetes melitus (kencing manis), tekanan darah tinggi, melanoma uvea (tumor mata), penyakit imunologi, dan lainnya, kehamilan akan memperburuk keadaan matanya.
Bisa saja penglihatan yang sudah kabur menjadi lebih kabur, bahkan hilang sama sekali. Tentu hal ini harus dihindari karena ditakutkan kelainan mata akan semakin parah, bahkan menetap.
Hal terbaik yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dahulu sebelum hamil. Misal, jika ibu menderita diabetes melitus yang sudah mengganggu penglihatan, maka datanglah ke dokter terkait sebelum hamil, bisa dokter penyakit dalam untuk mengatasi diabetesnya, dokter mata untuk mengatasi masalah mata, juga dokter kandungan mengenai rencana kehamilannya.
Baca Juga : Hamil di Luar Kandungan, Bukan Disebabkan Hamil Di luar Nikah
Jika dirasa aman, ibu bisa segera hamil sambil terus menjaga kesehatan. Penanggulangan setelah ibu hamil sulit dilakukan mengingat asupan obat bisa membahayakan pertumbuhan janin. Belum lagi dengan bertambah parahnya gangguan pada mata.
Rabun Jauh
Ada ibu yang tak bisa melihat jelas benda-benda dalam jarak cukup jauh, disebut dengan rabun jauh atau mata minus.
Kadar minus setiap ibu sangat bervariasi, ada yang ringan hingga berat. Sebaiknya, bila kita tahu mengalami mata minus, lakukanlah pemeriksaan mata lengkap.
Sebab hal ini akan terkait dengan proses persalinan, apakah bisa dilakukan normal atau tidak.
Pemeriksaan mata minus biasanya dilakukan dengan memberikan obat tetes mata untuk melebarkan pupil mata.
Baca Juga : 7 Tips Sehat Menurunkan Stres bagi Generasi Milenial Demi Menjaga Tekanan Darah
Dari situ dokter dapat melihat keadaan retinanya. Apabila tak ditemukan robekan atau keadaan yang bisa menyebabkan retina robek, biasanya tak dilakukan terapi dan pasien boleh melakukan persalinan normal.
Tetapi bila pada saat pemeriksaan retina didapatkan robekan retina, maka dokter akan melakukan laser yang tujuannya memperkuat retina sehingga lepasnya retina dapat dicegah.
Disarankan memeriksa retina 23 bulan sebelum melahirkan supaya bila terdapat kelainan dapat ditangani sebelum persalinan.
Orang dengan rabun jauh memiliki risiko lepasnya retina lebih besar daripada orang normal karena retina pada orang rabun jauh sering mengalami penipisan. Yang penting dilakukan, pemeriksaan retina secara berkala.
Apalagi bila merasa melihat kilatan (flashes) di dalam bola mata, serta adanya bayangan seperti benang, sarang laba-laba, atau nyamuk yang mengambang di dalam bola mata dan selalu ikut ke arah mana mata bergerak, segera pergi ke dokter mata untuk diperiksa retinanya.
Gejala tersebut bisa merupakan tanda awal terjadinya robekan retina. Jadi, sebenarnya pada orang dengan rabun jauh bisa atau tidaknya melahirkan secara normal tanpa operasi, tidak tergantung pada besarnya minus tetapi keadaan retinanya. (*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar