GridHEALTH.id – Headset atau earphone dan sejenisnya memang keren dan menyenangkan.
Dengan headset atau earphone, kita dapat mendengarkan musik favoritnya di mana dan kapan saja.
Baca Juga : Dikira Yoghurt, Kakek 90 Tahun Ini Makan Setengah Kaleng Cat Tembok
Tapi celakanya kita kerap terlena karenanya jadinya kerap tak sadar telah mendengarkan musik hingga berjam-jam tanpa jeda. Dengan suara keras pula, sehingga teman di sisi kanan dan kirinya ikut menikmati.
Nah, jika memang benar seperti itu, inilah masalah bermula. Asal tahu saja, menurut dr. M. Djoko Waspodo, Sp.THT, dari Klinik Triadi Depok, headset juga earphone membuat telinga kita menelan mentah-mentah suara yang dating.
Ini berbeda dengan speaker, karena suara dari speaker harus berjalan menempuh jarak tertentu untuk sampai ke telinga.
Sehingga saat tiba di telinga, sebagian porsi frekuensi suara sudah menghilang, karena terserap udara.
Karena itu, dengan level suara sama, headset atau earphone mengirimkan frekuensi suara lebih tinggi ketimbang speaker.
“Kerusakan yang ditimbulkannya pun lebih besar pada telinga manusia yang mengenakannya. Apalagi jika paparannya lama,” papar Djoko.
Untuk diketahui, papar Djoko, telinga sendiri dibagi menjadi tiga bagian, luar, tengah, dan dalam.
Baca Juga : Inilah Bayi yang Perlu Suplemen Vitamin, Penting Untuk Kesehatannya
Masing-masing bagian bertugas mengirimkan suara secara estafet. Telinga luar terdiri atas daun telinga, liang telinga, dan gendang.
Daun telinga berfungsi sebagai pengarah suara supaya masuk liang dan menimbulkan getaran pada gendang.
Gendang bertugas meneruskan suara ke telinga tengah. Setelah tiba di telinga tengah, gendang lalu mengirimkan suara ke tulang pendengaran.
Tulang pendengaran akan melanjutkan kiriman suara ke tulang pendengaran berikutnya hingga tiba di koklea atau rumah siput.
Baca Juga : Menebak Jenis Kelamin Bayi, Payudara Besar Tanda Hamil Anak Laki-Laki?
“Rumah siput ini kaya akan sel-sel rambut yang sensitif terhadap frekuensi suara. Tugasnya mengonversi getaran gelombang suara ke otak. Di sinilah proses alunan lagu berujung,” papar Djoko menjelaskan.
Memang, tidak seperti ledakan bom yang dapat merusak fungsi pendengaran seketika, kerusakan pendengaran akibat mendengarkan musik lewat headset atau earphone baru bisa "dinikmati" dalam jangka panjang. Tergantung pada frekuensi plus seberapa keras rata-rata volumenya.
Baca Juga : Air Minum Kemasan Berbahaya dan Membuat Bodoh Hoax! Mengandung Fluoride Benar
Sebenarnya, telinga merupakan indra pendengar dengan kepekaan cukup tinggi. Tak heran, suara sayup-sayup pun mampu kita dengar.
Namun, indra ini tidak dirancang untuk menangkap bunyi keras secara terus-menerus. Jadi, saat terpapar suara keras maka telinga diajak bekerja keras melampaui kemampuannya.
Semakin keras suara semakin besar pula kerusakan pendengaran yang dapat ditimbulkan. Gangguan yang dapat muncul di antaranya adalah telinga berdengung.
Ini karena suara dengan energi tinggi akan menghancurkan sel-sel rambut pendengaran, sehingga telinga tak merespons lagi frekuensi suara.
Baca Juga : Kisah Perjuangan Ezra, Bayi Prematur Pengidap Bronchopulmonary Dysplasia
Gejalanya adalah dengungan keras yang dialami penderitanya. Sayangnya, belum ada obat untuk mengatasinya, yang ada hanya alat bantu untuk meminimalkan gangguan.
Dalam jangka panjang, jika tetap terpapar suara keras, 90 desibel atau lebih, bukan tidak mungkin fungsi pendengaran rusak sama sekali.
Kekuatan indra pendengaran manusia biasa adalah sebagai berikut:
* Suara berkekuatan 0-20 desibel boleh dikatakan hampir tidak terdengar sedikit pun.
* Suara 20-40 desibel sunyi bagaikan bisikan.
* Suara 40-60 desibel merupakan suara biasa seperti berkomunikasi di jalan.
* Suara 60-70 desibel bagaikan suara keras seorang komandan kepada prajuritnya.
* Suara 70-90 desibel bagaikan suara bising dan ribut.
Baca Juga : Selain Imunisasi, Aktivitas Fisik Membuat Anak Tak Gampang Sakit
* Sedangkan suara 90-100 desibel terdengar amat keras.
* Sedangkan suara yang mencapai 100-120 desibel, umumnya sangat keras dan membuat telinga sakit.
* Volume suara yang melampaui 90 desibel dapat merugikan daya dengar.
* Mendengarkan volume suara 100 desibel agak lama dapat merusak daya dengar yang tak dapat diperbaiki.
* Desibel yang melampaui 110 dapat merusak sel rambut labirin dan dapat mengakibatkan kehilangan daya dengar. (*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar