GridHEALTH.id - Gitaris band Slank, Abdee Negara pernah mengidap gagal ginjal pada 2015 silam hingga akhrinya ia harus menjalani operasi serta transplantasi ginjal di Singapura pada 2016.
Setelah mendapat transplatasi ginjal, kondisi ginjalnya menjadi lebih baik, tetapi tubuhnya justru menjadi lebih ringkih dan mudah terserang berbagai penyakit.
Bahkan Abdee mengaku dirinya menjadi terserang vertigo parah pasca transplantasi ginjal lebih dari 2 tahun lalu itu.
Baca Juga : Tak Tahan Melihat Penderitaanya, Ibu Ini Minta Si Anak Segera Menjalani Suntik Mati
Sejak saat itu, Abdee Slank harus menjalani terapi rutin setiap harinya untuk mengobati penyakit vertigonya itu.
"Kalau vertigonya harus terapi setiap hari, ada gerakan-gerakan supaya nggak vertigo," kata Abdee Slank dalam youtube Cumicumi, yang dilansir dari Nakita.id.
Berdasarkan laman news-medical.net, trnasplantasi ginjal tidak menutup kemungkinan adanya komplikasi setelah melakukan operasi besar.
Komplikasi tersebut termasuk rasa sakit, penyembuhan luka yang tertunda, pendarahan, risiko infeksi, dan efek samping dari obat.
Untuk mencegah reaksi penolakan, dokter akan memberi resep obat yang bisa memperlambat sistem kekebalan tubuh atau imunosupresan.
Namun, salah satu komplikasi yang paling ditakuti adalah reaksi penolakan oleh tubuh terhadap ginjal yang baru disumbangkan.
Tanda-tanda awal penolakan termasuk demam dan rasa sakit di lokasi ginjal baru dan pengurangan jumlah produksi urin.
Sedangkan risiko yang disebabkan oleh obat imunosupresan adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh sehingga pasien sangat rentan terhadap infeksi.
Jenis obat imunosupresan seperti azathioprine, ciclosporin, mycophenolate mofetil, sirolimus, tacrolimus, atau prednisolone.
Baca Juga : Bahan Membuat Kuteks Berbahaya dan Berdampak Buruk Bagi Kesehatan, Begini Cara Aman Menggunakannya!
Sedangkan menurut laporan NHS.uk, ada kompilkasi yang kemungkinan bisa terjadi setelah melakukan transplantasi ginjal, yaitu:
1. Infeksi
Infeksi ringan, seperti infeksi saluran kemih (ISK) , pilek dan flu , sering terjadi setelah transplantasi ginjal.
Kemungkinan infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia dan cytomegalovirus (CMV) , dapat terjadi dan mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit.
2. Penggumpalan darah
Penggumpalan darah dapat berkembang di arteri yang telah terhubung ke ginjal yang disumbangkan. Ini diperkirakan terjadi pada sekitar 1 dari 100 transplantasi ginjal.
Dalam beberapa kasus, kemungkinan pasien akan menjalani perawatan untuk melarutkan pembekuan darah menggunakan obat, tetapi seringkali perlu untuk mengangkat ginjal yang disumbangkan jika suplai darah tersumbat.
3. Penyempitan arteri
Penyempitan arteri yang terhubung ke ginjal yang disumbangkan, yang dikenal sebagai stenosis arteri, kadang-kadang dapat terjadi setelah transplantasi ginjal.
Dalam beberapa kasus, dapat berkembang berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, setelah transplantasi.
Stenosis arteri dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Karenanya arteri sering perlu diregangkan untuk melebarkannya, dan tabung logam kecil yang disebut stent dapat ditempatkan di dalam arteri yang terkena untuk menghentikan penyempitan lagi.
Baca Juga : Bella Hadid Tetap Tampil di Paris Fashion Week 2019 Walau Sedang Demam Tinggi
4. Ureter yang tersumbat
Ureter (tabung yang membawa urin dari ginjal ke kandung kemih) dapat tersumbat setelah transplantasi ginjal.
Ini dapat tersumbat segera setelah transplantasi - oleh gumpalan darah, misalnya.
Komplikasi ini juga bisa terjadi beberapa bulan atau tahun kemudian, biasanya karena jaringan parut.
Kemungkinan dokter akan membuka ureter dengan mengeringkannya dengan tabung kecil yang disebut kateter. Kadang-kadang operasi mungkin diperlukan untuk membuka ureter yang tersumbat.
5. Kebocoran urin
Terkadang, urin dapat bocor dari tempat ureter bergabung dengan kandung kemih setelah operasi. Ini biasanya terjadi selama bulan pertama setelah prosedur. Cairan bisa menumpuk di perut atau bocor melalui sayatan bedah.
6. Penolakan akut
Penolakan akut berarti sistem kekebalan tubuh tiba-tiba mulai menyerang ginjal yang disumbangkan karena mengenalinya sebagai jaringan asing.
Meskipun menggunakan imunosupresan, penolakan akut adalah komplikasi umum pada tahun pertama setelah transplantasi, mempengaruhi hingga 1 dari 3 orang.
Dalam banyak kasus, penolakan akut tidak menyebabkan gejala yang nyata, dan hanya terdeteksi oleh tes darah.
Jika memang terjadi, seringkali dapat berhasil diobati dengan imunosupresan jangka pendek yang lebih kuat.
Kebanyakan komplikasi terjadi pada beberapa bulan pertama setelah transplantasi, tetapi dapat berkembang setelah bertahun-tahun.
Baca Juga : Konsumsi Timun Ternyata Bisa Turunkan Kadar Gula Darah, Cari Harus Tahu Aturan Makannya
Source | : | Nhs.uk,Nakita.ID,News Medical |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar