Tetapi perlu diingat bahwa meretakkan leher tidak boleh terlalu sering, apalagi jika dijadikan kebiasaan.
Meretakkan leher terlalu kuat bisa menjepit saraf di leher.
Salah satu alasan seseorang meretakkan leher kemungkinan akibat dari hipermobilitas, yaitu saat persendian memiliki rentang gerakan yang lebih lebar dari biasanya.
Baca Juga : Ibu Ani Yudhoyono Dapat Donor Sumsum Tulang Belakang, Begini Efek Samping Setelahnya
Ketika meretakkan leher sampai berbungi 'krek!' terlalu sering, ligamen pada sendi bisa meregang secara pemanen, yang berisiko terkena osteoartritis.
Leher adalah rumah bagi banyak pembuluh darah penting. Dalam beberapa kasus, meretakkan leher terlalu keras atau terlalu sering dapat menusuk salah satu pembuluh darah ini.
Ini juga dapat menyebabkan pembekuan darah, yang bisa berbahaya karena menghambat aliran darah ke otak.
Sedangkan berdasarkan laman Medical News Today, risiko dari meretakkan leher ini lebih besar daripada kemungkinan manfaatnya sendiri.
1. Stroke
Meskipun sangat jarang, retakkan di leher dapat merobek arteri vertebralis yang memasok darah ke otak dan robekan ini dapat menyebabkan stroke.
Individu yang memiliki kebiasaan retak leher lebih rentan mengalami stroke. Ini sangat umum pada mereka yang berusia di bawah 60 tahun.
Source | : | Health Line,Medical News Today |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar