GridHEALTH.id - Meretakkan leher sampai berbunyi 'krek!' seakan sudah menjadi kebiasaan banyak orang.
Semua orang yang meretakkan leher sampai berbunyi 'krek!' mempunyai tujuan sama, melepaskan rasa kaku di bahu atau leher.
Walau menyenangkan, meretakkan leher sampai berbunyi 'krek!' berisiko pada mengalami sakit di bagian sendi.
Berdasarkan laman Healthline.com, ketika seseorang meretakkan leher atau sendi, rangkaian sendi yang dinamakan facet joints meregang, memungkinkan cairan menyebar ke dalam kapsul sendi.
Di dalam sendi facet memang terdapat cairan, apabila kita meretakkan leher maka cairan ini akan mejadi gas.
Setelah itu sendi di dalam leher 'meletus' dan inilah yang membuat leher terasa seperti melepaskan tekanan.
Alasan kita merasa puas ketika meretakkan leher adalah, saat melakukannya leher juga melepaskan endorfin di sendi leher.
Endorfin diproduksi oleh kelenjar pituitari dan dilepaskan oleh tubuh untuk membantu mengatasi rasa sakit.
Saat leher diretakkan, endorfin dilepaskan di area tersebut. Inilah yang memberi perasaan puas dan senang.
Tetapi perlu diingat bahwa meretakkan leher tidak boleh terlalu sering, apalagi jika dijadikan kebiasaan.
Meretakkan leher terlalu kuat bisa menjepit saraf di leher.
Salah satu alasan seseorang meretakkan leher kemungkinan akibat dari hipermobilitas, yaitu saat persendian memiliki rentang gerakan yang lebih lebar dari biasanya.
Baca Juga : Ibu Ani Yudhoyono Dapat Donor Sumsum Tulang Belakang, Begini Efek Samping Setelahnya
Ketika meretakkan leher sampai berbungi 'krek!' terlalu sering, ligamen pada sendi bisa meregang secara pemanen, yang berisiko terkena osteoartritis.
Leher adalah rumah bagi banyak pembuluh darah penting. Dalam beberapa kasus, meretakkan leher terlalu keras atau terlalu sering dapat menusuk salah satu pembuluh darah ini.
Ini juga dapat menyebabkan pembekuan darah, yang bisa berbahaya karena menghambat aliran darah ke otak.
Sedangkan berdasarkan laman Medical News Today, risiko dari meretakkan leher ini lebih besar daripada kemungkinan manfaatnya sendiri.
1. Stroke
Meskipun sangat jarang, retakkan di leher dapat merobek arteri vertebralis yang memasok darah ke otak dan robekan ini dapat menyebabkan stroke.
Individu yang memiliki kebiasaan retak leher lebih rentan mengalami stroke. Ini sangat umum pada mereka yang berusia di bawah 60 tahun.
2. Pembekuan darah
Leher retak telah menyebabkan beberapa kasus pembekuan darah di leher. Ini sangat berbahaya karena dapat menghentikan pasokan oksigen ke otak.
3. Osteoartritis
Retak leher memberi tekanan pada sendi. Ketika ini dilakukan terlalu sering dapat menyebabkan ketidakstabilan di leher dan beriko sebabkan osteoartritis, suatu kondisi di mana jaringan di ujung tulang menjadi lebih lemah.
Osteoartritis adalah kondisi yang menyakitkan dan tidak dapat diubah.
4. Kurang mobilitas
Setiap kali meretakkan leher sampai berbunyi 'krek!' dilakukan, ini dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ikat di tulang belakang. Seiring waktu, ini dapat mengurangi mobilitas dan dapat menyebabkan radang sendi.
Baca Juga : Kontrasepsi Darurat, Solusi Agar Tidak Hamil Setelah Berhubungan Intim Tanpa Pengaman
Source | : | Health Line,Medical News Today |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar