GridHEATLH.id -Gagal tumbuh pada anak adalah kegagalan mencapai pertambahan massa tubuh atau gagal mencapai berat normal yang seharusnya pada grafik pertumbuhan ditandai dengan memotongnya garis pertumbuhan ke dua persentil mayor di bawahnya.
Gagal tumbuh pada anak bisa menimbulkan beragam kk
Baca Juga : Bayi Perlu Suplemen Vitamin untuk Tumbuh Kembang dan Kesehatannya
Menurut dr. Windhi Kresnawati, SpA, faktor-faktor yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal adalah lingkungan fisik dan mental yang sehat (pola asuh yang sehat), nutrisi yang cukup, kondisi fisik yang memungkinkan (tidak cacat fisik), dan secara genetik normal (tidak ada kelainan genetik)
" Satu saja dari keempat faktor ini mengalami gangguan, gagal tumbuh dapat terjadi," kata dokter Windhi saat menjadi pembicara pada Program Edukasi Kesehatan Anak Untuk Orangtua yang diadakan oleh Yayasan Orangtua Peduli di Bintaro, Tangerang Selatan (10/03/2019).
Untuk melihat apakah anak bertumbuh dan berkembang normal sesuai tuntutan usianya, dokter Windhi menganjurkan agar orangtua ruti melihat pedoman penilaian pertumbuhan seorang anak, yang disebut grafik pertumbuhan (growth chart).
Adalah penting untuk setiap dokter atau tenaga kesehatan menyediakan grafik pertumbuhan kepada setiap pasien anak, dalam bentuk KMS (Kartu Menuju Sehat) maupun grafik pertumbuhan WHO atau CDC.
Grafik pertumbuhan adalah grafik yang menggambarkan pertambahan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala berdasarkan umur sejak seorang anak dilahirkan sampai beranjak remaja.
Penilaian grafik pertumbuhan harus dilakukan secara serial, sehingga penyimpangan dari garis grafik yang normal dapat terdeteksi.
Baca Juga : 10 Cara Mencegah Kegemukan Pada Anak, Saran Langsung Dari Pakar
Menurut dokter Windhi, dokter sering kali dihadapkan dengan orangtua yang menilai anaknya memiliki gangguan pertumbuhan.
"Orangtua sering menyatakan bahwa anaknya sangat kurus, atau beratnya tidak naik, misalnya saja pada pasien usia 2 tahun dimana penambahan berat badan mengalami perlambatan diiringi dengan gangguan makan dan peningkatan aktivitas yang secara subyektif akan memberikan kesan gangguan pertumbuhan.
Baca Juga : Sedang Tren Meski Kontroversial, Darah Donor Untuk Suntik Awet Muda
Namun jika dinilai dengan grafik pertumbuhan pertumbuhannya sesuai dengan kurva normal. Penilaian grafik ini sangat penting untuk menghindari anak dari berbagai pemeriksaan laboratorium yang tidak perlu, pemaksaan pemberian makan atau obat-obatan perangsang nafsu makan yang sebenarnya tidak dibutuhkan."
Membedakan gagal tumbuh pada anak dengan anak yang perawakannya kecil tidak selalu mudah.
"Anak yang memang memiliki perawakan pendek dan kecil, bisa saja normal. Karena tidak memiliki gejala penyakit apa pun, tampak bahagia, mengalami perkembangan yang baik, riwayat ayah dan ibu yang juga berperawakan kecil, tapi grafik pertumbuhannya bagus alias terus terjadi peningkatan."
Sementara untuk menilai seorang anak apakah gagal tumbuh atau tidak, dapat dideteksi dengan cara berikut;
- Gagal tumbuh adalah suatu keadaan dimana grafik pertumbuhan memotong dua garis persentil di bawahnya.
- Gagal tumbuh bukan diagnosis, penting untuk mengetahui diagnosis yang mendasarinya.
Baca Juga : Simak 5 Khasiat Minyak Calendula Untuk Mengatasi Masalah Kulit
- Penilaian hanya akurat jika dilakukan dengan melakukan “plot” berat badan secara serial pada grafik pertumbuhan.
- Sebagian besar disebabkan oleh kurangnya asupan makanan (underfeeding)
- Gagal tumbuh yang disebabkan oleh gangguan organik disertai dengan gejala yang bekaitan dan kelainan pada pemeriksaan fisik.
Baca Juga : Hati-hati, Ini Dia Tiga Penyebab Tak Lancar Menyusui ASI
- Sebagian besar kasus gagal tumbuh tidak memerlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut dan bisa diselesaikan melalui manajemen diet dan pemantauan secara baik.
- Gagal tumbuh pada anak dapat diatasi dengan pengaturan asupan makanan sesuai kebutuhan berdasarkan usia dan berat badan ideal. Bila perlu, konsultasi dengan ahli gizi.
- Pemberian makanan sehat seimbang sesuai dengan piramida makanan. Pola makan 3 kali sehari diselingi snacks2 kali sehari.
- Frekuensi makan 5-6 kali sehari dengan jumlah sedikit lebih mudah ditoleransi anak daripada 3x/ hari dengan jumlah besar.
- Berikan makanan padat kalori seperti produk susu, margarine, atau selai kacang.
Selain itu, orangtua juga perlu diedukasi, misalnya dengan pemahaman bahwa karbohidrat tidak harus nasi, karena makanan yang sehat itu harus berwarna-warni.
Upayakan patuh terhadap jadwal makan dan jangan memaksa anak jika tidak lapar. Sajikan makanan di piring lucu yang bisa diambil anak jika ia lapar.
Biasakan anak makan bersama di meja makan, dengan seluruh keluarga untuk menghindari gagal tumbuh pada anak. Puji anak bila mau makan.
Baca Juga : Hati-hati, Gejala Umum Stroke Ringan Ini Justru Sering Diabaikan
Sebaliknya, jika anak tidak suka dengan rasa makanan, bujuk dengan warna, bentuk, atau aroma yang menarik. Tawarkan makanan lain dari satu kelompok seperti mengganti sawi dengan buncis bukan dengan dengan es krim. Jika menawarkan makanan yang baru, bersabarlah membujuk anak makan. (*)
Source | : | IDAI,American Academy of Pediatric,PESAT/Yayasan Orangtua Peduli |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar