GridHEALTH.id - Peringatan Hari Ginjal Sedunia yang selalu jatuh pada hari Kamis minggu kedua di bulan Maret, sehingga pada tahun ini akan diperingati pada Kamis, 14 Maret 2019.
Dalam seminar yang bertajuk 'Kidney Health for Everyone Everywhere' ini diharap masyarakat sudah mulai mengenali pencegahan penyakit ginjal dan peningkatan akses layanan kesehatan ginjal.
Baca Juga : Hari Ginjal Sedunia : Biaya Cuci Darah Masih Ditanggung BPJS Kesehatan
Penyakit ginjal masih menempati urutan tiga besar dalam urutan penyakit dalam yang ada di Indonesia oleh karena itu perlu adanya kesadaran masyarakat terhadap pencegahan penyakit ginjal.
Penyakit yang menyerang organ tubuh yang berfungsi untuk menyaring limbah dalam tubuh ini dapat ditangani dengan 3 macam perawatan dialisis, yaitu cuci darah, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), dan transplantasi ginjal.
Baca Juga : Sering Tak Disadari, Ini Kebiasaan Sepele Penyebab Ginjal Bermasalah
Cuci darah merupakan prosedur perawatan yang sering dilakukan oleh penderita penyakit ginjal, terutama ginjal akut, ginjal kronis, dan gagal ginjal.
Sebagian besar penderita penyakit ginjal ini akan melakukan cuci darah atau hemodialisis selama satu minggu dalam 3 sesi.
Sedangkan di Indonesia masih sangat jarang pasien ginjal yang sampai butuh transplantasi ginjal, karena donor ginjal juga masih jarang ditemui.
Namun tak hanya itu, ada juga perawatan dialisis lain yang harus diketahui lebih dalam oleh masyarakat di Indonesia, yaitu continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD).
Baca Juga : Di Rumah Selalu Berperilaku Baik, Ternyata Suami Sudah 10 Tahun Berselingkuh, Ini Dampak Psikis Pada Istri
CAPD merupakan prosedur perawatan dialisis menggunakan cairan yang dimasukkan ke dalam rongga perut.
Dalam rongga perut terdapat membran yang berfungsi untuk memfilter atau filtrasi yang membuang racun-racun ke dalam cairan tersebut.
Cairan yang sudha digunakan itu akan dibuang dan harus diganti dengan cairan baru lainnya. Namun CAPD ini masih sangat sedikit, sekitar 2% dari 3 perawatan dialisis.
Menurut dr. Aida Lydia, PhD., Sp.PD-KGH sebagai ketua umum PB PERNEFRI menyatakan bahwa pelayanan CAPD ini masih membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
Bahkan CAPD juga membutuhkan sumber daya manusia yang memadai, seperti perawat yang terlatih dan terampil yang harus ada di seluruh daerah.
Baca Juga : Hari Ginjal Sedunia: Ini Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal Kronik Sebelum Jadi Parah
"Pelayanan CAPD ini masih ada di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Bali, harapan ke depannya beberapa daerah terpencil juga sudah terjangkau dan mengetahui tentang pelayanan dialisis ini," ujar dr. Aida saat ditemui pada seminar peringatan Hari Ginjal Sedunia pada Rabu (13/3/2019) di kawasan Jakarta Selatan.
Baca Juga : Diet Apel Ampuh Turunkan Berat Badan dengan Stabil dan Sehat, Tak Semua Orang Boleh Menjalankannya
Selain itu, pasien CAPD juga harus lebih mandiri karena perawatan dialisis ini dilakukan di rumah dan diharapkan baik pasien atau keluarga mengetahui mengenai prosedur ini.
Cairan CAPD yang digunakan dalam sekali perawatan kurang lebih sekitar 2 liter yang dimasukkan ke dalam rongga perut.
Namun pendistribusian cairan tersebut juga masih ada kendala terutama di daerah terpencil karena cairan tersebut harus langsung dikirim ke rumah pasien tersebut.
"Bayangkan kalau sehari saja ada 5 cairan yang harus diganti, berarti sebulan akan butuh 120 cairan yang harus diantar langsung ke rumah pasien," tambah dr. Aida.
Padahal CAPD ini adalah pelayanan yang sangat dibutuhkan di Indonesia untuk mencukupi pelayanan dialisis lainnya.
Baca Juga : Hari Ginjal Sedunia: Ini cara Mudah Cegah Penyakit Ginjal Kronik
Mengingat penyakit ginjal adalah penyakit yang masuk 3 besar di Indonesia dan menempati peringkat ke 2 perihal pembiayaan perawatan kesehatan setelah penyakit jantung.
CAPD memang harus digalakan di Indonesia karena manfaatnya menguntungkan bagi pasien penderita ginjal, yaitu:
1. Mandiri dan tidak makan waktu
Perawatan CAPD ini tergolong mandiri karena dilakukan oleh pasien di rumah, dan tidak membutuhkan waktu lama untuk menunggu di rumah sakit untuk melakukan perawatan dialysis
2. Lebih murah
Biayanya lebih murah dibanding hemodialisis atau cuci darah, jika dipersiapkan dengan baik dan pengetahuan tentang CAPD ini sudah diketahui oleh para pasien.
Baca Juga : Pusar Bodong dan Menonjol Saat Hamil, Wajar Atau Malah Membahayakan?
"CAPD sebenarnya sudah menjadi program nasional Kementerian Kesehatan RI, dan sedang berlangsung program CAPD di Jawa Barat yang akan selesai pada Juni 2019, karena sudah dilakukan sejak setahun lalu yaitu sejak Juni 2018," tutur dr. Aida.
Jadi untuk masyarakat yang menderita penyakit ginjal dan diharuskan melakukan cuci darah, diharapkan untuk lebih mandiri mengenal perawatan CAPD.(*)
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar