GridHEALTH.id - Sudah cukup banyak pesepak bola yang terkena serangan jantung.
Mulai dari Daniel Jarque, Piermario Morosini, hingga Antonio Puerta meninggal dunia akibat terkena serangan jantung.
Pada Selasa (1/5/2019) kemarin pun, eks kiper Real Madrid Iker Casillas dikabarkan terkena serangan jantung saat berlatih bersama tim FC Porto.
Baca Juga : Iker Casillas Dilarikan ke Rumah Sakit Akibat Serangan Jantung, Kini Ia Tidak Boleh Makan Makanan Berikut
Atas kondisi ini Casillas langsung dilarikan ke Rumah Sakit CUF.
"Sesi latihan langsung dihentikan sehingga bantuan medis dapat diberikan kepada sang penjaga gawang yang saat ini berada di Rumah Sakit CUF Porto," demikian pernyataan resmi klub, melansir Intisari.
Untungnya setelah mendapat penanganan medis, kesehatan sang kiper berangsur membaik.
"Casillas baik-baik saja, stabil, dan masalah pada jantungnya telah teratasi."
Istri Casillas, Sara Carbonero, juga mengunggah foto yang memperlihatkan kondisi suami tercintanya.
"Syukur (Casillas baik-baik saja). Semua sempat ketakutan. Terima kasih banyak atas semua ungkapan kasih sayan dan perhatiannya," tulis Sara Carbonero dalam unggahan itu.
"Seperti yang dikatakan teman baik saya hari ini, 'hidup terkadang punya cara aneh untuk mengingatkan kita agar mensyukuri setiap waktu'," tulis Carbonero melanjutkan.
Serangan jantung atau penyakita jantung seakan sudah menjadi momok tersendiri bagi para atlet sepak bola.
Dalam sebuah studi yang dilakukan selama 7 tahun terhadap 595 pemain di Norwegia menemukan, 6 di antara pemain ternyata bermasalah jantung serius.
Dr Hilde Moseby Berge, dari Sekolah Ilmu Olahraga Norwegia di Oslo mengatakan, jumah ini ternyata jauh lebih tinggi dari perkiraan mereka.
"Kami tidak memiliki penjelasan untuk ini, itu hanya bisa mewakili efek acak karena jumlahnya kecil," tutur Dr Berge, melansir The Sun.
Tapi itu mengikuti sebuah penelitian di Inggris awal 2018 yang mengidentifikasi fenomena serupa di antara para pemain top.
Tidak hanya bagi pesepak bola profesional, serangan jantung bisa juga terjadi para pemain muda.
Hasil skrining dari Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) terhadap 1.168 atlet remaja yang terdiri dari kuesioner kesehatan, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi, dan ekokardiografi mengungkapkan, beberapa pemain ditemukan memiliki kelainan jantung.
Kelainan jantung ini juga berhubungan dengan kematian jantung mendadak.
Melansir New England Journal of Magazine, sebanyak 42 atlet ditemukan memilki kelainan jantung yang berisiko menjadi serangan jantung mendadak.
Lalu 225 atlet teridentifikasi memiliki kelainan bawaan atau kelainan valvural.
Setelah skrining, ada 23 kematian dari sebab apa pun, dimana 8 kematian mendadak disebabkan oleh penyakit jantung.
Kardiomiopati menyumbang 7 dari 8 kematian jantung mendadak (88%).
Padahal 6 atlet yang mengalami kematian mendadak memiliki hasil skrining jantung yang normal.
Dalam artikel 'Heart Attack Risks Are Greater For Athletes Who Compete In Endurance Sports' yang ditulis oleh Owen Anderson mengungkapkan alasannya.
Dalam laporannya, Owen menyebutkan bahwa 1 dari 50.000 atlet olahraga ketahanan berisiko tinggi mengalami serangan jantung.
Penemuan ini diperoleh setelah meneliti kandungan enzim cardiac troponin I pada 38 atlet sepeda yang mengikuti kompetisi Tyrolean Otztaler Radmarathon pada 1999.
Enzim cardiac troponin adalah enzim yang lazim terkandung dengan jumlah yang tinggi pada darah seseorang yang terdeteksi mengalami serangan jantung.
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan cardiac troponin I meningkat pada 13 pesepeda (34%) setelah mengikuti kompetisi tersebut.
Baca Juga : Usai Terapi Bekam Bukannya Tambah Sehat, Wanita 60 Tahun Ini Justru Alami Hal Menyakitkan
Faktor-faktor yang menjadi pemicunya antara lain usia (semakin muda, semakin “buruk”), catatan waktu (makin cepat, risiko bertambah tinggi), dan jarak yang ditempuh saat latihan.
Melakukan latihan dan pertandingan dengan volume tinggi menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan myocardial.
Belum lagi banyaknya aktivitas di lapangan, seperti sprint. Bila dikalkulasi, pesepak bola bisa melakukan sprint sejauh 2,1 km.
Ini tentunya mengeluarkan banyak energi.
“Sepak bola tidak ubahnya dengan olahraga lain. Olahraga ini membutuhkan mobilitas tinggi.”
“Itu membuat para pemain mengeluarkan energi lebih banyak,” kata Owen, dilansir dari sportinglife via Intisari.
Baca Juga : Bawang Putih Hitam Alias Black Garlic, Obat Mujarab Sejak Abad ke 18, Ini 8 Manfaatnya
Source | : | The Guardian,The Sun,BolaSport.com,Intisari |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar