GridHEALTH.id - Salah satu penyakit yang tergolong dalam pembunuh diam-diam adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung (30,%) dan yang terendah di Papua (16,8%).
Baca Juga: Tak Banyak Diketahui, Deretan Obat Bebas Ini Ternyata Bisa Sebabkan Hipertensi
Kecenderungan hipertensi yang tidak menyebabkan gejala awal apapun hingga akhirnya menyebabkan komplikasi seperti serangan jantung atau stroke, membuat kita harus sebaik mungkin untuk mencegah kedatangannya.
Selain karena pola makan yang buruk, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kemasan makanan dari kaleng atau botol plastik ternyata bisa memicu hipertensi.
Pakar kesehatan dari penelitian yang sama mengatakan botol plastik minuman kemasan atau kemasan kaleng bisa memengaruhi risiko terkena hipertensi.
Baca Juga: Jangan Sampai Terlambat, Kenali 12 Tanda Dan Gejala Penyakit Jantung Berikut Ini
Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan bisphenol A atau yang dikenal dengan BPA di dalamnya.
Kandungan BPA memang bisa membantu makanan menjadi lebih awet, sayangnya, kandungan ini juga bisa meningkatkan risiko beberapa jenis masalah kesehatan seperti kanker atau penyakit jantung.
Baca Juga: Studi di AS: Dampak Minuman Berenergi, Organ Jantung Jadi Taruhan
Dilansir dari harumsismamedika.com, sebuah penelitian yang dilakukan para ahli dari Seoul National University College of Medicine, Korea Selatan, menghasilkan fakta bahwa kandungan BPA ini bisa memberikan pengaruh buruk pada organ kardiovaskular manusia.
Dalam penelitian tersebut, menghasilkan kesimpulan bahwa mereka yang sering mengonsumsi minuman kalengan cenderung mengeluarkan urine dengan kadar BPA yang cukup tinggi. Selain itu, tekanan darahnya juga cenderung lebih tinggi dari normal.
Baca Juga: Lakukan Senam Secara Rutin Sejak Muda, Kurangi Resiko Penyakit Jantung
Para peneliti menyebut kandungan BPA bisa membuat tekanan darah sistolik meningkat hingga 5 mmHg. Jika hal ini sering terjadi, maka risiko terkena hipertensi bisa meningkat dengan signifikan. (*)
Source | : | depkes.go.id,harumsismamedika.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar