GridHEALTH.id - Berita duka datang dari India. Dilaporkan, setidaknya sekitar 31 anak di daerah utara India meninggal dunia dalam rentang waktu 10 hari terakhir.
Baca Juga: Studi: Jus Buah Kemasan Kandungan Gulanya Setara Minuman Bersoda!
Penyebabnya menurut keterangan otoritas kesehatan setempat karena mereka mengalami keracunan buah leci.
Tragedi ini dilaporkan oleh dua rumah sakit di Muzaffarpur, Negara Bagian Bihar yang terkenal karena kebun leci yang subur. Anak-anak yang meninggal dunia tersebut mengalami gejala acute encephalitis syndrom (AES).
Sebagian besar dari anak-anak tersebut kehilangan glukosa dalam darah mereka. Sementara, 40 anak lainnya mengeluhkan gejala yang sama dan kini menjalani perawatan di rumah sakit.
"Kami berusaha sebaik-baiknya untuk menyelamatkan nyawa mereka," ujar Kepala Rumah Sakit Sri Krishna, S P Singh, dilansir The Guardian, Kamis (13/6).
Sementara, pejabat kesehatan Negara Bagian Bihar seperti dikutip dari ABC Australia pada Kamis (13/6/2019), Ashok Kumar Singh mengatakan, wabah penyakit terjadi setiap tahun selama musim panas di Muzaffarpur dan distrik-distrik di sekitarnya sejak 1995.
Baca Juga: Mengenal Mycoplasma Genitalium, Penyakit Menular Seksual Penyebab Kemandulan
Biasanya, wabah tersebut muncul bertepatan dengan musim panen leci.
Departemen kesehatan telah mengeluarkan nasihat bagi orangtua untuk merawat anak-anak mereka selama musim panas ketika suhu siang hari di atas 40 derajat dan untuk sementara tidak mengonsumsi leci sampai ada pemberitahuan lebih lanjut dari otoritas.
Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu, Manfaat Durian Untuk Kesuburan Wanita
Gejala AES, secara lokal dikenal sebagai chamki bukhar dan pernah menewaskan 150 nyawa pada 2014.
Pada 2015, peneliti di Amerika Serikat (AS) mengatakan, penyakit otak bisa dikaitkan dengan zat beracun yang ditemukan dalam buah-buahan eksotis.
Mungkin jarang diketahui banyak orang, namun buah manis yang sering diolah dalam berbagai jenis hidangan tersebut memang bisa beracun.
Hal ini terutama berlaku bagi orang-orang yang sudah mengalami kadar gula darah rendah atau hipoglikemia.
Studi yang dipublikasi di jurnal The Lancet menyebut leci memiliki toksin bernama hypoglycin A yang dapat menghambat tubuh memproduksi glukosa.
Baca Juga: Surati Menkominfo, Menkes Minta Iklan Rokok Diblokir di Internet
Pada anak-anak yang perutnya kosong dan lapar, gula darah di tubuhnya sudah rendah sehingga bila mengonsumsi leci akan semakin rendah lagi.
Padahal, organ tubuh terutama otak membutuhkan glukosa sebagai bahan bakar. Oleh karena itu ketika kadar glukosa dalam darah sangat rendah tubuh akan mulai alami gangguan fungsi dan kerusakan.
Baca Juga: Cara Baru Menikmati Kopi dengan Cold Brewing, Lebih Sehat Dari Kopi Panas?
Gejalanya mulai dari yang ringan seperti lelah, pucat, berkeringat, jantung berdebar, dan sulit konsentrasi.
Hingga bila dibiarkan lama-lama akan memicu kejang, hilang kesadaran, dan pada akhirnya meninggal dunia.
Singh di Bihar juga menyebutkan, semua anak yang meninggal menunjukkan gejala radang otak akut. Kebanyakan juga menunjukkan tanda-tanda penurunan mendadak kadar gula darah.
The Lancet menuliskan, dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengungkap penyebab dari penyakit tersebut, yang mengarah pada kejang, mengubah kondisi mental dan kematian di lebih dari sepertiga kasus.
Wabah penyakit neurologis juga telah diamati di daerah-daerah Bangladesh dan Vietnam yang banyak ditumbuhi leci. (*)
Source | : | The Guardian,ABC Australia,The Lancet |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar