GridHEALTH.id - Beberapa waktu lalu, beragam model atau bentuk potongan sunat sempat mencuri banyak perhatian netizen Indonesia di internet.
Baca Juga: Menggunakan Kondom Saat Berhubungan Intim Tidak Selalu Aman Jika Penggunaannya Masih Sembarangan!
Bagaimana tidak, beragam model yang ditawarkan mulai dari model bunga mawar, jengger ayam, kuncir kuda, shock breaker, hingga torpedo menghiasi brosur promo di suatu tempat khitanan.
Tapi tahukah, ternyata berbagai macam variasi model tersebut ternyata terbentuk dari bekas luka sunat.
Normalnya bentuk luka jahitan sunat itu melingkar, tapi dengan teknik yang sengaja dibuat tidak rapi membuat organ vital pria bisa dibentuk model atau pola tertentu sesuai keinginan.
Mengutip dari detikhealth, seorang dokter urologi dr JC Prihadi, SpU dari RS St Carolus Salemba, Jakarta Pusat, menjelaskan bagaimana proses pembentukan alat vital ini.
"Untuk bunga mawar, jahitan bisa dibuat dengan pola lebih kuat di titik tertentu dan longgar di lokasi lain," kata Prihadi dikutip dari detikhealth.com, Jumat (21/6/2019).
Baca Juga: Bukannya Bikin Sehat, Keramas Setiap Hari Membuat Rambut Jadi Rusak
"Sementara untuk jengger ayam, jahitan dibuat normal melingkar namun lebih tebal di ujung bawah sehingga seperti ada yang menonjol," lanjutnya.
Menurutnya, berbagai macam model sunat ini tidak akan memperbaiki kesehatan atau memiliki efek positif lainnya.
Baca Juga: Selembar Struk ATM Ternyata Lebih Beracun Daripada Botol Plastik
Dari alasan itu, ia menyarankan semua pria yang akan melakukan sunat lebih baik menggunakan prosedur jahit dan bekas luka yang sudah menjadi standar medis.
Menurut dr Prihadi, bentuk luka yang normal dan sesuai prosedur akan lebih cepat sembuh dan bila ada masalah akan lebih mudah dideteksi.
"Yang lebih penting, bentuk tersebut tidak memperbaiki kesehatan atau punya efek positif lainnya. Dengan ini akan lebih baik menggunakan prosedur jahit dan bekas luka yang sudah menjadi standar," tegas dr Prihadi.
Terlepas dari model apapun yang dipilih, sunat bagi kaum pria sangat lah penting karena bisa mencegah berbagai penyakit menular.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan bahwa secara medis sunat laki-laki bisa membantu mengurangi risiko tertular HIV dan beberapa infeksi lainnya menular seksual (IMS) serta masalah kesehatan lainnya pada pria saat berhubungan seks vaginal.
Baca Juga: Belum Tentu Bikin Sehat, Pelajari Dulu Kandungan Obat Herbal Sebelum Dikonsumsi
Prosedur tersebut belum terbukti mengurangi risiko infeksi melalui seks oral atau anal, atau untuk mengurangi risiko penularan HIV pada partner wanita.
Sunat mengurangi risiko infeksi HIV sebesar 50% menjadi 60%, pedoman CDC mencatat.
Prosedur ini juga mengurangi 30% risiko herpes tertular dan virus papiloma manusia (HPV), dua patogen diyakini menyebabkan kanker penis (sunat bayi memberikan perlindungan dari kanker penis, yang hanya terjadi di kulup).
Baca Juga: Studi: Naik Pesawat Paling Pagi, Bikin Penumpang Sehat dan Bahagia
Sunat dini juga mengurangi risiko infeksi saluran kemih pada bayi, sesuai dengan pedoman CDC, disadur dari WebMD.
Garis besarnya, tidak ada begitu banyak perbedaan besar untuk kedua jenis penis dalam urusan ranjang maupun kebersihan personal, termasuk performa penis itu sendiri.
Sebab masalah seputar penis, seperti impotensi, ejakulasi prematur, atau iritasi dapat terjadi dengan atau tanpa sunat.
Kedua tipe penis bekerja sama baiknya, dan merasakan sensasi sama baiknya. Sampai sejauh ini, perbedaan sensasi antara penis yang disunat dan tidak hanya merupakan cerita anekdotal, dan bisa berbeda bagi setiap orang.
Namun, apapun masalahnya, penting untuk dipahami bahwa sunat tidak termasuk sebagai perlindungan keseluruhan dari infeksi dan penyakit kelamin menular, atau sebagai pengganti kondom.
Baca Juga: Hati-hati, Ini Dia Tiga Penyebab Tak Lancar Menyusui ASI
Memakai kondom masih merupakan cara terbaik untuk melindungi diri dari penyakit menular seksual jika aktif secara seksual.
#gridnetworkjuara #gridhealthid #inspiringbetterhealth
Source | : | WebMD,CDC,detikhealth |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar