GridHEALTH.id - Tak banyak yang tahu bahwa Ruben Onsu rupanya sempat merasakan sakit yang menyebabkan kulitnya menghitam dan mengalami penurunan berat badan.
Baca Juga: Ruben Onsu Jatuh Sakit Hingga Kulitnya Menghitam, Sarwendah: Dia Kurang Protein
Atas tumbangnya Ruben Onsu ini, sang istri, Sarwendah pun ikut angkat bicara.
Wendah mengklarifikasi semuanya pada unggahan Instastory di akun media sosial pribadinya.
"Ketika semua orang bilang suamiku kurusan? Memang melihat atau hanya latah karena ada yang bilang kurus jadi mengiyakan saja? Sebenernya mau diem aja tapi lama-lama kayaknya perlu dijelaskan.."
"Iya memang kemarin sempat turun berat waktu masuk RS karena kecapean dan kurang protein," tulis Sarwendah.
Rupanya kejadian yang telah terjadi pada Maret 2018 lalu ini masih meyisakan kenangan pilu bagi beberapa penggemar Ruben Onsu.
Kekurangan protein atau protein deficiency seperti yang terjadi pada Ruben Onsu dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh yang berkembang dalam jangka waktu yang lama, seperti pengecilan otot, bahkan membuat lemah otak alias lemot.
Baca Juga: Alasan Kesehatan Mengapa Mengunyah Makanan Harus Dilakukan Dengan Baik
Sebagai informasi, masih banyak masyarakat Indonesia kekurangan protein. Hal itu terutama terjadi pada anak usia sekolah, remaja, dan perempuan hamil. Padahal, konsumsi protein menentukan kualitas sumber daya manusia.
”Protein merupakan pembentuk jaringan sel tubuh. Pada ibu hamil, protein akan menentukan pembentukan janin. Bahkan, kualitas janin ditentukan sejak ibu masih remaja.
Calon ibu tidak boleh kurang gizi,” kata Ketua Yayasan Gema Sadar Gizi sekaligus dokter spesialis gizi Klinik Tirta Prawita Sari, seperti dikutip dari Kompas.com.
Menurut hasil Riset Dasar Kesehatan 2010, kekurangan konsumsi energi dan protein terutama diderita anak usia sekolah (6-12 tahun), usia praremaja (13-15 tahun), usia remaja (16-18 tahun), dan kelompok ibu hamil, khususnya di pedesaan.
Secara nasional, rata-rata konsumsi protein Indonesia 62,1 gram per kapita (13,3% dari total konsumsi energi).
Padahal, kontribusi protein minimal 15% dari total konsumsi energi menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Kualitas SDM Tirta menambahkan, jika kekurangan protein berlangsung lama, pada remaja putri dan perempuan hamil akan terjadi masalah besar. Salah satunya, masalah berat bayi lahir rendah. ”Biasanya, anak juga akan kurang gizi dan tumbuh kembangnya tidak bagus. Ini menjadi lingkaran setan,” ujarnya.
Baca Juga: Nah Lo, Perokok Salah Satu Penyebab BPJS Kesehatan Defisit Anggaran
Stunting yang ditandai dengan tinggi badan kurang, misalnya, terjadi karena kekurangan zat gizi sejak dalam kandungan, terutama protein. Protein juga berperan dalam pertumbuhan sel otak anak dalam kandungan.
Menurut Tirta, protein terkait dengan hampir semua sistem tubuh. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang merupakan protein dan berfungsi mengikat oksigen. Kekebalan tubuh juga membutuhkan asam amino yang ada dalam protein.
Di sisi lain, masyarakat Indonesia berlebih dalam mengonsumsi karbohidrat dan lemak. Rata-rata konsumsi lemak secara nasional 47,2 gram (25,6% dari total konsumsi energi). Anjuran PUGS 25 %. Kontribusi karbohidrat terhadap total konsumsi energi 61%, sedikit di atas anjuran PUGS, 50-60 % total konsumsi energi.
”Akumulasi lemak baik dari kelebihan konsumsi lemak ataupun karbohidrat akan disimpan tubuh dalam bentuk lemak. Akibatnya, kolesterol tinggi dan rawan menyebabkan penyakit pembuluh darah,” ujarnya.
Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan Minarto mengungkapkan pandangan serupa. ”Masyarakat Indonesia kelebihan konsumsi beras, minyak, dan lemak. Sementara konsumsi sayur, buah, dan protein malah kurang,” ujarnya.
Baca Juga: Ibu Hamil Disarankan Berolahraga Karena Bisa Membuat Anak yang Dikandung Terhindar Dari Obesitas
Sumber protein hewani, antara lain, daging, ikan, telur, dan susu. Namun sumber protein yang bisa didapat dengan murah namun tetap sehat antara lain ikan teri, tempe dan tahu, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran hijau. (*)
Source | : | GridHealth.ID |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar