GridHEALTH.id - Varises adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh pembengkakan atau pelebaran yang terjadi pada pembuluh darah vena.
Baca Juga: Belum Banyak Perhatian, Varises Bisa Menyebabkan Stroke dan Jantung
Vena yang mengalami varises umumnya akan membengkak, terlihat menonjol di atas permukaan kulit, dan warnanya berubah menjadi biru ataupun ungu tua.
Varises dapat terjadi di seluruh pembuluh darah vena dalam tubuh, namun seringkali varises terjadi pada vena bagian tungkai atau kaki.
Hal itu disebabkan karena kaki digunakan untuk berdiri dan berjalan, sehingga meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di area tersebut.
Bagi banyak orang, varises mungkin hanya dianggap sebagai masalah yang sepele. Tetapi sebagian lainnya mengaku, varises dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal yang tak nyaman.
Varises juga menyebabkan menurunnya rasa percaya diri khususnya pada wanita, karena dapat mengganggu penampilan pada tubuh bagian bawah, seperti betis dan kaki.
Baca Juga: Sedang Dikembangkan, Ginjal Buatan di Laboratorium Untuk Bantu Pasien Gagal Ginjal
Dalam beberapa kasus, varises dapat menandakan risiko yang serius yang melibatkan sistem peredaran darah.
Tanda-tanda ketika varises bertambah buruk, yaitu :
1. Kaki terasa gatal dan berat
2. Rasa terbakar, berdenyut, kram otot dan pembengkakan di bagian kaki
3. Rasa nyeri yang muncul setelah duduk atau berdiri untuk waktu yang lama
Baca Juga: Kram Perut Parah Saat Menstruasi? Jangan Abaikan, Bisa Jadi Tanda Menstruasi Tak Normal
4. Gatal di sekitar pembuluh darah yang terkena varises
5. Perubahan warna kulit di sekitar varises, ataupun warna pembuluh darah yang berubah menjadi berwarna biru ataupun ungu tua.
Berdasarkan laman kesehatan mayoclinic.org, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko varises, yaitu :
- Usia
Penuaan menyebabkan keausan pada katup yang ada di pembuluh darah, yang berfungsi membantu mengatur aliran darah.
Baca Juga: Meski Tergolong Sehat, Masak dengan Minyak Zaitun Bisa Bikin Kanker?
Akhirnya, keausan itu menyebabkan katup membiarkan darah mengalir kembali ke pembuluh darah alih-alih mengalir ke jantung.
- Gender
Wanita memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memiliki masalah varises. Sejalan dengan laman kesehatan Healthywomen.org, wanita memiliki risiko 4 kali lebih besar terkena varises, dibandingkan dengan pria.
Menurut American College of Phlebology, hingga 50% wanita Amerika juga mengalami masalah varises ini.
Hal-hal yang dapat meningkatkan risiko varises pada wanita, yaitu perubahan hormon selama kehamilan, pramenstruasi atau menopause, dan perawatan hormon seperti pil KB.
Baca Juga: Hati-hati, Jenis Obat Ini Paling Banyak Dipalsukan dan Beredar di Apotek
- Kehamilan
Selama kehamilan, volume darah dalam tubuh akan meningkat. Perubahan inilah yang mendukung pertumbuhan janin, namun juga dapat menimbulkan efek samping yang tidak menguntungkan.
Misalnya terjadinya pembesaran pembuluh darah di kaki yang dapat menyebabkan munculnya varises.
- Sejarah keluarga
Jika anggota keluarga lainnya memiliki varises, kemungkinan penyakit varises menurun pada keturunannya pun semakin besar.
Baca Juga: Menggembirakan, Sebagian Remaja Indonesia Alihkan Hasrat Seksual dengan Lakukan Olahraga
- Kegemukan
Kelebihan berat badan akan menyebabkan bertambahnya tekanan pada pembuluh darah. Berdiri atau duduk untuk waktu yang lama akan menyebabkan darah tidak mengalir juga dengan baik.
Sejujurnya, tidak ada cara pasti untuk mencegah timbulnya varises. Tetapi meningkatkan sirkulasi darah dan tonus otot, dapat mengurangi risiko varises yang bertambah parah.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengobati ketidaknyamanan akibat dari timbulnya varises pada pembuluh darah vena, seperti berolahraga dan menjaga berat badan.
Perhatikan pula, makan makanan tinggi serat dan rendah garam, menghindari pemakaian sepatu hak tinggi dan kaus kaki ketat, serta mengubah posisi duduk atau berdiri secara teratur.
Jika kondisi varises bertambah parah setelah mencoba langkah-langkah di atas, sebaiknya hubungi dokter agar segera ditangani dengan tepat. (*)
(Penulis: Arshinta Eka Putri)
Source | : | Mayo Clinic |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar