* Perdarahan postpartum. C-section mungkin menyebabkan perdarahan hebat selama dan setelah melahirkan.
* Reaksi terhadap anestesi. Reaksi yang merugikan terhadap semua jenis anestesi adalah mungkin.
* Gumpalan darah. C-section mungkin meningkatkan risiko mengembangkan gumpalan darah di dalam vena dalam, terutama di kaki atau organ panggul (deep vein thrombosis).
Jika bekuan darah mengalir ke paru-paru dan menghambat aliran darah (pulmonary embolism), kerusakannya bisa mengancam jiwa.
* Infeksi luka. Bergantung pada faktor-faktor risiko dan apakah memerlukan bedah Caesar darurat, mungkin berisiko lebih tinggi terkena infeksi sayatan.
* Cedera bedah. Meskipun jarang, cedera bedah pada kandung kemih atau usus dapat terjadi selama operasi caesar.
Jika ada cedera bedah selama operasi Cesar, operasi tambahan mungkin diperlukan.
* Peningkatan risiko selama kehamilan di masa depan. Setelah operasi caesar, ibu menghadapi risiko komplikasi serius yang lebih tinggi pada kehamilan berikutnya.
Semakin banyak bagian C yang dimiliki, semakin tinggi risiko plasenta previa dan suatu kondisi di mana plasenta menjadi tidak normal menempel pada dinding rahim (plasenta akreta).
Risiko rahim sobek terbuka di sepanjang garis parut dari operasi C-section sebelumnya (ruptur uteri) juga lebih tinggi jika mencoba VBAC.
Baca Juga: Suzanna Wafat Akibat Susu, Beginilah Kisah Tragis Anak Sang Ratu Film Horor yang Mati Muda
Karenanya persiapan operasi sesar itu harus lengkap dari A-Z baru prosedur operasi bisa dilakukan.
Jika ada satu saja yang tidak ada, missal benang jahit medis, maka operasi sesar tidak akan dilakukan.(*)
Source | : | Mayo Clinic,Tribunjambi.com |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar