GridHEALTH.id – Pemilik nama Zainal Abidin meninggal karena kanker usus pada 2015.
Dirinya terkenal setelah menjadi suami aktris Inneke Koesherawati dalam sebuah sitkom, sebagai Rifai atau Pa'i 'Kipas-kipas Asmara' di 1996.
Baca Juga: Gunakan Foto Cantik Untuk Menipu, Wajah Nenek Ini Bikin Syok Mas Yusuf yang Akan Menikahinya
Debutnya saat beradu akting dengan Inneke bisa dikatakan sebagai awal karir Zainal Abidin dikenal oleh publik.
Zainal Abidin pun pernah beradu akting dengan Ayu Azhari dalam sinetron 'Putri Duyung' sebagai Domba.
Nama 'Domba' kemudian melekat pada Zainal Abidin.
Baca Juga: Demi Menikahi Wanita Transgender, Sigit Rela Meninggalkan Istri dan Ananknya
Zainal Abidin meninggal akibat penyakit kanker usus yang sudah mencapai stadium 4.
Dikatakan oleh putri almarhum, Firda, melansir Grid.id, ayahnya saat itu sudah sakit selama kurang lebih satu tahun.
Dilansir dari Tribun News, putra ketiganya, Fariz, juga sempat menjelaskan awal mula ayahnya bisa terkena kanker usus yang cukup parah.
Menurutnya, kebiasaan merokok sang ayah adalah penyebabnya.
Meski ada faktor gen, tapi dokter mengatakan kalau pemicunya adalah rokok.
Baca Juga: Demi Menikahi Wanita Transgender, Sigit Rela Meninggalkan Istri dan Ananknya
Tapi Zainal sempat berhenti merokok selama tiga tahun dan badannya berubah jadi gemuk dan sehat.
Setelah divonis kanker usus, Fariz juga mengatakan kalau dokter sempat memberlakukan pantangan makan.
Dokter melarang Zainal untuk mengonsumsi makanan atau camilan yang terbuat dari terigu.
Fariz berkata kalau ayahnya pun mematuhi larangan tersebut.
Apalagi Ia tahu kalau ayahnya cukup pemilih untuk urusan makanan.
Zainal disebutnya termasuk orang yang tidak mau makan makanan yang dijual di pinggir jalan.
Melansir MayoClinic, kanker usus besar biasanya mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua, meskipun itu bisa terjadi pada usia berapa pun.
Biasanya dimulai sebagai gumpalan kecil, sel non-kanker (jinak) yang disebut polip yang terbentuk di bagian dalam usus besar.
Seiring waktu beberapa polip ini dapat menjadi kanker usus besar.
Baca Juga: Banyak yang Tidak Tahu Karenanya Tidak Suka, Padahal Si Hijau Kribo Ini Bisa Cegah Penyakit Leukemia
Polip mungkin kecil dan menghasilkan sedikit, jika ada, gejala.
Jika terdeteksi sejak dini, dokter akan merekomendasikan tes skrining secara teratur untuk membantu mencegah kanker usus dengan mengidentifikasi, dan menghilangkan polip sebelum berubah menjadi kanker.
Jika kanker usus besar berkembang, banyak perawatan tersedia untuk membantu mengendalikannya, termasuk pembedahan, terapi radiasi dan perawatan obat, seperti kemoterapi, terapi yang ditargetkan dan imunoterapi.
Untuk diketahui, kanker usus besar kadang-kadang disebut kanker kolorektal, yang merupakan istilah yang menggabungkan kanker usus besar dan kanker dubur, yang dimulai pada dubur.
Siapa saja yang berisiko mengalaminya?
Baca Juga: Pantas Saja Raffi Ahmad Kepincut, Yuni Shara Rutin Minum Obat Awet Muda Ini
* Manula. Kanker usus besar dapat didiagnosis pada usia berapa pun, tetapi mayoritas orang dengan kanker usus besar berusia lebih dari 50 tahun.
Tingkat kanker usus besar pada orang yang lebih muda dari 50 tahun telah meningkat, tetapi dokter tidak yakin.
* Mereka yang berasal dari ras Afrika-Amerika. Afrika-Amerika memiliki risiko lebih besar terkena kanker usus besar daripada orang-orang dari ras lain.
* Riwayat pribadi kanker kolorektal atau polip. Jika sudah menderita kanker usus besar atau polip usus non-kanker, memiliki risiko lebih besar terkena kanker usus besar di masa depan.
Baca Juga: Bebas dari Tahanan, Istri Mandala Shoji Sempat Sebut Suaminya Tidur Bareng Makhluk Liar Satu Ini
* Kondisi usus inflamasi. Penyakit radang usus kronis, seperti kolitis ulserativa dan penyakit Crohn, dapat meningkatkan risiko kanker usus besar.
* Faktor genetik alias turunan. Beberapa mutasi gen yang diturunkan dari generasi ke generasi keluarga dapat meningkatkan risiko kanker usus besar secara signifikan.
Hanya sebagian kecil kanker usus yang dikaitkan dengan gen yang diwariskan.
Sindrom turunan yang paling umum yang meningkatkan risiko kanker usus besar adalah familial adenomatous polyposis (FAP) dan sindrom Lynch, yang juga dikenal sebagai herediter nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC).
* Kurang mengonsumsi serat, banyak makan tinggi lemak. Kanker usus besar dan kanker dubur dapat dikaitkan dengan diet khas barat, yang rendah serat dan tinggi lemak dan kalori.
Baca Juga: Pangkas Habis Rambut Irisih Bella Akibat Rontok, 5 Makanan Ini Sehatkan Rambut Ibu Hamil
Penelitian di bidang ini memiliki hasil yang beragam. Beberapa studi telah menemukan peningkatan risiko kanker usus besar pada orang yang makan makanan tinggi daging merah dan daging olahan.
* Kurang aktivitas fisik. Orang yang tidak aktif lebih mungkin mengembangkan kanker usus besar. Melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat mengurangi risiko kanker usus besar.
* Menderita diabetes. Orang dengan diabetes atau resistensi insulin memiliki peningkatan risiko kanker usus besar.
* Mengalami kegemukan. Orang yang mengalami obesitas memiliki peningkatan risiko kanker usus besar dan peningkatan risiko kematian akibat kanker usus besar jika dibandingkan dengan orang yang dianggap memiliki berat badan normal.
* Merokok. Orang yang merokok mungkin memiliki peningkatan risiko kanker usus besar.
* Peminum alkohol. Penggunaan alkohol secara berlebihan meningkatkan risiko kanker usus besar.
* Terapi radiasi untuk kanker. Terapi radiasi yang diarahkan ke perut untuk mengobati kanker sebelumnya meningkatkan risiko kanker usus besar. (*)
Source | : | Mayo Clinic,tribunnews,Nakita.id,Grid.id |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar