GridHEALTH.id - Masalah sering buang air kecil atau overactive bladder (OAB) ternyata tak hanya dialami perempuan lanjut usia.Kita yang masih di usia produktif juga bisa mengalaminya.
Baca Juga: Benarkah Urine Berdarah Tanda Awal Batu Ginjal? Ini Penjelasannya
Spesialis Urologi Dr Bahrun Sipahutar, SpU, dokter spesialis urologi di RS PGI Cikini, Jakarta mengatakan, penyebab OAB atau bahasa awamnya beser bisa disebabkan massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih.
Bisa karena ada gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kencing, dan dehidrasi. Bisa juga karena kerusakan saraf di sepanjang saluran kemih akibat penyakit, misalnya diabetes.
Sementara, Spesialis Ginekologi Dr Caroline Tirtajasa, SpOG, dokter spesialis obstetri dan ginekologi di RS Omni Pulomas, Jakarta Infeksi saluran kencing yang kronis tetapi tidak diobati bisa menyebabkan kerusakan saraf pada saluran dan kantung kencing.
Tingginya risiko infeksi ini disebabkan kuman yang mudah masuk ke saluran uretra. Sebab, saluran uretra wanita lebih pendek, yaitu sekitar 2,5-4 cm.
Pendapat lain dikemukakan Spesialis Farmakologi Dr Alyya Siddiqa, SpFK, dokter spesialis farmakologi klinik dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Baca Juga: Anak Dede Sunandar Idap Penyakit Langka Sindrom William, Organ Jantung Paling Kena Dampaknya
Menurutnya, gangguan saraf otonom, yang mengatur kontraksi otot di kandung kemih. Normalnya, volume urine yang memenuhi kantung kencing akan memberi sinyal pada saraf untuk mengosongkan urine.
Pada kasus OAB, sinyal mudah timbul dan muncul hasrat ingin buang air kecil meski volumenya masih sedikit. Apa pun penyebabnya, OAB harus segera diperiksakan untuk dicarikan solusinya.
Baca Juga: Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Perlu Hati-hati Karena Alasan Ini
Masalahnya, banyak orang merasa malu memeriksakan keluhan sering beser. Padahal kondisi yang disebut juga overactive bladder (OAB) ini sangat berdampak pada kualitas hidup seseorang.
"Kalau di negara barat itu OAB bisa sampai bunuh diri," kata Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr Budi Iman Santoso, SpOG(K), dokter spesialis kebidanan dan kandungan, baru-baru ini seperti dikutip dari detik.com.
Pada pengidap sakit gula atau diabetes, keluhan sering beser ini juga memberikan kualitas hidup yang lebih buruk. Dampaknya juga bisa berpengaruh langsung pada faktor emosi, seperti merasa malu hingga menarik diri dari kehidupan sosial.
OAB bisa mengganggu aktivitas sehari-hari seperti takut bepergian, menghindari aktivitas seksual dan mengurangi minum karena takut bolak-balik ke toilet.
Disamping itu juga bisa berimbas pada faktor ekonomi, seperti meningkatnya kebutuhan biaya popok dewasa dan laundry.
Baca Juga: Menghangatkan Makanan di Microwave Bisa Sebabkan Kanker? Ini Faktanya
Pada pengidap OAB, frekuensi buang air kecil bisa meningkat jadi 12 kali sehari. Kerap dianggap proses 'normal' akibat penuaan, padahal sebenarnya adalah penyakit. Banyak yang enggan berobat hanya karena malu.
Anjuran untuk pengidap OAB, sebaiknya keinginan untuk buang air kecil jangan ditahan. Biasakan biasakan untuk tidak memakai celana panjang terlalu ketat dalam waktu yang lama karena dapat menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab, memicu infeksi, dan merangsang terbentuknya batu.
Baca Juga: Cara Mengempiskan Perut Buncit Karena Obesitas, Cukup Konsumsi Minuman Ini Sebelum Tidur
Begitu merasa ada gangguan, sebaiknya jangan dibiarkan. Sebab, nantinya tak hanya mengganggu saluran kencing, tetapi juga dapat menjalar sampai ginjal. Cegah infeksi dengan rutin membasuh daerah kewanitaan dengan air bersih. Plus, perbanyak konsumsi air putih.
Selain itu, amati frekuensi waktu buang air kecil. Jika terasa sangat mengganggu kenyamanan, berkonsultasilah ke dokter untuk mendapatkan terapi farmakologi.
Baca Juga: Sudah Mengantuk Tapi Susah Banget Tidur? Trik 4-7-8 Bisa Membantu Mata Segera Terpejam!
Obat yang diberikan termasuk ke dalam antikolinergik untuk memblok kerja saraf agar kontraksi otot berkurang. (*)
Source | : | WebMD,detik.com,merdeka.com,Majalah Prevention Indonesia,Medical News Today |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar