GridHEALTH.id - Gen seseorang tidak menentukan apakah ia akan tertarik pada lawan jenis atau tidak, begitulah yang diyakini para ilmuwan berdasarkan hasil penelitian mereka.
Hasil penelitian mereka yang baru-baru ini diterbitkan di Journal of Science telah membantah gagasan tentang adanya “gen gay” tunggal yang menentukan seseorang untuk memiliki perilaku
Sebuah studi ilmiah yang meneliti dasar biologis perilaku seksual telah mengkonfirmasi tidak ada istilah gen gay.
Penelitian mereka ini melibatkan 477.522 orang. Dalam riset ini, para ilmuwan itu memindai genom para peserta riset untuk mengungkap apakah ada gen yang berkaitan dengan sesama jenis.
Dalam penelitian ini, mereka menggunakan pendekatan yang dikenal sebagai studi asosiasi lintas genom (genome-wide association study/GWAS).
Semua responden telah memberikan sampel DNA dan informasi gaya hidup ke Biobank Inggris serta pengujian genetika Amerika Serikat.
Baca Juga: Ternyata Air Perasan Jeruk Nipis dan Kecap Tidak Sembuhkan Batuk
Hasilnya, tim peneliti menemukan lima lokus atau posisi gen pada kromosom yang berkaitan dengan ketertarikan terhadap sesama jenis.
Kendati begitu, mereka tidak menemukan pola yang jelas di antara lima lokus yang dapat digunakan untuk memprediksi atau mengidentifikasi perilaku seksual seseorang secara pasti.
Baca Juga: Studi: Probiotik yang Terdapat Dalam Yoghurt Dapat Meredakan Batuk
Berdasarkan penelitian yang menganalisis data tentang DNA dan pengalaman seksual dari hampir setengah juta orang, terdapat ribuan varian genetik yang terkait dengan perilaku seksual sesama jenis, sebagian besar dengan efek yang sangat kecil.
Lima dari penanda genetik secara signifikan dikaitkan dengan perilaku sesama jenis. Hanya saja sejumlah peneliti berpendapat hal itu masih jauh dari prediksi tentang preferensi seksual seseorang.
"Kami memindai seluruh genom manusia dan menemukan lokasi yang jelas terkait dengan apakah seseorang melaporkan terlibat dalam perilaku seksual sesama jenis atau tidak," kata Ahli Biologi di Institute of Molecular Medicine di Finlandia, Andrea Ganna, yang juga ikut memimpin penelitian tersebut sebagaimana dilansir dari Reuters, Jumat (30/8).
Artinya, menurut dia penelitian tersebut menunjukkan faktor-faktor non genetik yang menyebabkan terjadinya perilaku menyukai sesama jenis.
Faktor-faktornya antara lain lingkungan, pengasuhan, kepribadian, dan pengasuhan yang jauh lebih signifikan dalam mempengaruhi pilihan pasangan seksual seseorang.
Baca Juga: Batuk Berdahak dan Batuk Kering, Ternyata Beda Cara Menanganinya
Hal ini layaknya dengan kebanyakan kepribadian, perilaku, dan sifat fisik manusia lainnya.
“Tentu saja tidak ada penentu genetik tunggal atau yang disebut dengan ‘gen gay’. Temuan kami memberikan wawasan tentang genetika yang mendasari perilaku seksual sesama jenis dan menggarisbawahi kompleksitas seksualitas,” tulis para peneliti itu seperti diberitakan Newsweek.
Baca Juga: Saat Makan Kita Perlu Mengikuti Pedoman Gizi Seimbang, Ini Alasannya
Menurut para peneliti, seperti kebanyakan sifat dan perilaku lainnya pada manusia, seksualitas dipengaruhi oleh berbagai varian genetik yang tidak bisa diteliti berdasarkan sampel tunggal.
Mereka sekali lagi memberikan kesimpulan bahwa gay, lesbian, dan biseksual bisa terjadi karena lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti lingkungan, sekolah, dan keluarga.
Melinda Mills, Profesor Sosiologi di University of Oxford yang tidak terlibat dalam riset ini, berkomentar bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa lokus-lokus genetik yang diduga terkait dengan ketertarikan terhadap sesama jenis memiliki efek yang sangat kecil terhadap perilaku homoseksual seseorang.
Jadi klaim kelompok LGBT bahwa ada gen dalam perilaku mereka dipatahkan dengan temuan ini.
"Meskipun mereka menemukan lokus-lokus genetik tertentu yang terkait dengan perilaku sesama jenis, ketika mereka menggabungkan efek dari lokus-lokus ini bersama-sama menjadi satu skor komprehensif, efeknya sangat kecil, di bawah 1%.
Baca Juga: Ini Jawabannya, Mengapa Kelebihan Karbohidrat Bisa Bikin Cepat Gemuk
Sehingga skor genetik ini tidak dapat diandalkan untuk memprediksi perilaku seksual sesama jenis pada seseorang." ujar Mills.
Adapun perusahaan yang mendanai penelitian itu, 23andMeInc, saat ditanya mengapa mereka ingin melakukan penelitian seperti itu, tim mengatakan kepada wartawan pada konferensi jarak jauh bahwa studi sebelumnya tentang topik ini kebanyakan terlalu kecil untuk memberikan kesimpulan yang kuat. "Studi sebelumnya kecil dan kurang kuat," kata Ganna.
Baca Juga: Vitamin K, Ampuh Hilangkan Kantung dan Lingkaran Hitam di Sekitar Mata
Untuk itu pihaknya memutuskan untuk membentuk konsorsium internasional yang besar dan mengumpulkan data untuk (hampir) 500 ribu orang yang kira-kira 100 kali lebih besar dari penelitian sebelumnya tentang topik tersebut.
Hasilnya tidak ditemukan pola yang jelas di antara varian genetik yang dapat digunakan untuk memprediksi atau mengidentifikasi perilaku seksual seseorang secara bermakna.
"Kami telah mengklarifikasi bahwa ada banyak keragaman di sana," Anggota di Broad Institute MIT dan Harvard yang bekerja dengan Ganna, Benjamin Neale. (*)
Source | : | Reuters,Journal of Science |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar