GridHEALTH.id - Sudah lebih setengah abad Indonesia merdeka, ternyata masih menghadapi tantangan yang berat yaitu masih banyak anak yang mengalami stunting (bertubuh pendek nyaris kerdil) dan gizi buruk.
Baca Juga: Hari Pangan Nasional 2019 : Problem Anak Gendut Mulai Menggeser Isu Stunting, Akibat Gizi Melimpah?
Padahal Indonesia sedang berjuang mewujudkan "Generasi Indonesia Emas 2045", dimana semua anak Indonesia telah terpenuhi pemenuhan gizinya secara optimal untuk anak sebagai aset bangsa.
Menurut data terakhir Riskesdas (2013) menunjukkan, angka stunting (pendek) yang menjadi indikator kekurangan nutrisi anak mengalami peningkatan; tahun 2007 angka stunting di Indonessia sebesar 36,8%, tahun 2010 menunjukkan angka 35,6% dan pada 2013 menginjak angka 37,2%.
Lalu, apakah hal ini bisa dicegah sejak dini? Menurut Dr. Damayanti Rusli S, SpAK, Phd, malnutrisi dapat dicegah sejak 1000 hari pertama kehidupan.
"1000 hari pertama kehidupan itu rinciannya; 270 hari saat kehamilan ditambah dua dikali 365 hari pada dua tahun pertama jadi dimulai dari masih di perut ibu", ungkap Speasialis Kesehatan Anak ini, seperti dikutip dari nakita.id.
Hal ini sudah terlihat saat kehamilan memasuki trimester kedua dimana jika bayi malnutrisi maka ukuran kepala bayi kecil.
Lebih lanjut, Damayanti menegaskan bahwa penyebab bayi tumbuh kecil bukan hanya makanan ibu namun juga beragam faktor.
"Harus dilihat plasentanya bagaimana, lalu kondisi genetik juga memengaruhi jadi bukan semata-mata makanan ibu."
Untuk itu, pentingnya ibu memberikan ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan demi perkembangan bayi yang sempurna.
Namun, ada saatnya kandungan gizi pada ASI tidak lagi mencukupi sehingga dibutuhkan makanan pendamping untuk melengkapi gizi.
Seperti apa pendamping ASI yang baik? Karena kurangnya kandungan zat besi dalam air susu ibu, maka dibutuhkan sebanyak 97% zat besi dalam makanan pendamping tersebut.
Dalam perkembangan otak anak, bayi membutuhkan 11 mg zat besi dalam kurun usia 6-12 bulan dan salah satu sumber zat besi yang bagus ialah hati ayam, daging sapi dan makanan pendamping ASI yang difortifikasi zat besi.
Tidak dianjurkan memberikan pure sayur dan buah yang menjadi makanan pendamping ASI populer di Indonesia; kerena kandungan serat belum boleh diberikan pada bayi.
Sebagai contoh, pada 100 gram buah pisang hanya mengandung 0,5 miligram zat besi padahal pada pertumbuhannya bayi memerlukan 11 miligram zat besi.
Salah kaprah seperti ini yang harus dipahami orangtua agar dapat mencegah anak menjadi gizi kurang dan tumbuh pendek di masa mendatang. (*)
Source | : | Tabloid Nakita,Nakita.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar