GridHEALTH.id - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih belum berhenti di Indonesia, terutama di Sumatera, Riau, dan Kalimantan.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang di publikasikan di akun twiter @BNPB_Indonesia, hingga 22 September 2019 pukul 09.00 WIB, di Sumatera Selatan ditemukan sebanyak 759 titik api, Jambi (939), Riau (255), Kalimantan Barat (420), Kalimantan Tengah (792), dan Kalimantan Selatan (137).
Bahkan diwartakan Kompas.com pada hari Sabtu (21/9/2019) kemarin, langit di beberapa desa di Jambi menjadi kemerahan meski waktu masih menunjukkan pukul 12.00 WIB siang
Akibat langit merah yang terjadi, warga terpaksa menyalakan lampu di siang hari dan menyalakan kipas angin agar mengusir asap yang menyesakkan dada.
Saat itu, kabut asap memang dirasakan warga sangat pekat dan menghalangi cahaya matahari.
Suasana di desa tersebut tiba-tiba seperti malam, angin kencang yang menghembus pun sempat membuat suasana desa yang terselimuti kabut asap pekat itu semakin mencekam.
Pasalnya, hembusan angin yang kencang tersebut membuat api semakin membesar dan asap makin pekat.
Melihat kejadian luar biasa tersebut, tentunya karhutla ini akan sangat membahayakan kesehatan semua mahluk hidup yang ada.
Baca Juga: Panu Membandel Tak Hilang Meski Diobati, Mungkin Ini Penyebabnya
Kabut asap karena kebakaran hutan mengandung zat yang berbahaya. Saat dihirup oleh tubuh, kandungan beracun dalam asap dapat memicu berbagai macam penyakit kronis seperti iritasi mata, ISPA, asma, pnemonia, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) hingga penyakit jantung.
Adapun senyawa berbahaya dalam kabut asap adalah sebagai berikut :
- Sulfur Dioksida, senyawa ini dapat membuat saluran napas mengecil dan mengiritasi selaput lendir pernapasan.
Baca Juga: Mengenal Penyakit Kulit Psoriasis, Tidak Menular Tapi Bikin Penderitanya Galau
- Nitrogen Dioksida, dapat merusak sistem pembersih alami paru-paru dan membuat sistem imun saluran napas berkurang.
- Karbon Monoksida, menimbulkan sesak napas, kebingungan, dada terasa berat, pusing, koma, hingga kematian.
Baca Juga: Tak Ingin Kulit Panuan? Lakukan 8 Langkah yang Mudah Dilakukan Ini Untuk Mencegahnya
- Ozon Permukaan, dapat membuat iritasi pada tenggorokan.
- Partikel Debu, membuat iritasi mata, batuk dan bersin, serta mennutupi saluran pernapasan.
Oleh karena itu, penting sekali mencegah karhutla ini terjadi, tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah saja.
Baca Juga: Bisa Dicoba, 3 Tips Ini Ternyata Bisa Bikin Mi Instan Jadi Lebih Sehat
Dibutuhkan juga kesadaran dari masing-masing individu untuk peduli menjaga lingkungan dan berhenti merusak ekosistem yang ada.(*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealth
Source | : | depkes.go.id,BNPB |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar