GridHEALTH.id – Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang melengkung ke samping, atau membentuk huruf C maupun S.
Kelainan tulang belakang ini biasanya terjadi pada remaja berusia 10 hingga 15 tahun, atau sebelum anak mengalami masa pubertas.
Baca Juga: Waspada Risiko Skoliosis, Ini Berat Tas Punggung Yang Ideal Bagi Anak
Skoliosis awalnya bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, namun jika dibiarkan akan bertambah parah, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan.
Selain itu, skoliosis juga dapat menyebabkan hal-hal seperti timbulnya rasa sakit yang berlebihan pada punggung; berkurangnya jumlah ruang dalam dada sehingga membuat sistem pernapasan terganggu.
Jantung kesulitan mempompa darah karena tertekan tulang rusuk; serta dapat mempengaruhi penampilan karena pinggul dan bahu yang tidak rata.
Penyebab terjadinya kelainan tulang belakang ini belum dapat dipastikan, tapi tampaknya skoliosis ini disebabkan oleh faktor keturunan.
Ini juga bisa disebabkan oleh gangguan pada otak atau saraf, distorsi otot, cacat lahir, serta cedera atau infeksi tulang belakang.
1. Tidak semua harus dioperasi.
Banyak orang yang beranggapan bahwa menderita skoliosis, artinya harus melakukan tindakan operasi untuk menyembuhkannya.
Padahal ini tidaklah benar. Faktanya, hanya sebagian kecil kasus skoliosis yang berujung pada tindakan operasi.
"Banyak orang dengan skoliosis dapat mengelola gejalanya dengan baik, tanpa jenis operasi apa pun,” ucap seorang dokter bedah tulang belakang, Douglas Orr, MD.
Biasanya, pengobatan skoliosis ditujukan untuk menghilangkan gejalanya, daripada memperbaiki lekukan pada tulang belakang.
Sehingga orang dewasa yang menderita skoliosis dan merasakan sakit punggung, akan diatasi dengan terapi fisik untuk memperkuat dan menstabilkan tulang belakang.
Tak hanya itu, dokter juga biasanya akan memberikan obat anti-inflamsi atau suntikan epidural untuk menghilangkan rasa sakit.
2. Lekukan pada tulang belakang tidak selalu jadi tanda skoliosis
Ternyata, lekukan pada tulang belakang tak selalu jadi tanda gejala skoliosis.
Sebab seiring bertambahnya usia, tulang belakang perlahan akan memburuk dan melemah, hingga akhirnya mengakibatkan tulang melengkung.
Selain itu, skoliosis juga kerap kali menimbulkan gejala-gejala lain, seperti : sakit punggung dan kaki terasa sakit, mati rasa, atau kesemutan saat berjalan.
3. Orang dewasa mengalami salah satu dari 2 jenis skoliosis
Terdapat 2 jenis skoliosis yang bisa dialami oleh orang dewasa, yaitu : skoliosis idiopatik dan skoliosis degeneratif.
Skoliosis idiopatik adalah jenis skoliosis yang menyebabkan kurva tulang belakang perlahan-lahan melengkung dan biasanya baru disadari saat dewasa.
Sedangkan skoliosis degeneratif, yaitu skoliosis yang terjadi akibat keausan yang normal pada punggung akibat proses penuaan, sehingga menyebabkan tulang belakang melengkung.
4. Merokok bisa menyebabkan skoliosis
Kebiasaan merokok memang telah terbukti mampu menurunkan kualitas kesehatan seseorang.
Namun ternyata, merokok juga bisa menyebabkan munculnya masalah kelainan tulang belakang atau skoliosis pada tubuh.
"Hal terpenting yang dapat Anda lakukan adalah tidak merokok. Sebab merokok adalah penyebab utama masalah punggung dan leher yang dapat dicegah,” ucap Dr. Douglas Orr.
Baca Juga: Buntut Panjang Kasus Atta Halilintar dengan DJ Seksi Bikin Ibunda Bebby Fey Dibawa Ambulan
5. Skoliosis tidak menghambat aktivitas berolahraga
Meskipun banyak penderita skoliosis disarankan untuk membatasi aktivitas, namun bukan berarti penderitanya sama sekali tak boleh berolahraga.
Dr. Douglas Orr mengatakan :
“Semakin banyak orang yang aktif secara fisik dengan skoliosis, semakin kecil kemungkinan mereka untuk mengalami gejala,”.
Ini baik dilakukan, terutama bagi penderita skoliosis yang juga memiliki masalah kelebihan berat badan atau obesitas.
Baca Juga: Payudara Besar Sebelah Bisa Jadi Skoliosis, Kelainan Tulang Belakang yang Rentan Dialami Wanita
Nah. Itulah fakta-fakta tentang skoliosis yang terjadi pada orang dewasa.
Source | : | Mayo Clinic,Cleveland Clinic |
Penulis | : | Arshinta Eka Putri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar