GridHEALTH.id - Sindrom Guillain-Barre (GBS) merupakan salah satu penyakit autoimun, dimana sistem imun yang menyerang sistem saraf periferal tubuh sendiri.
Sehingga serangan tersebut membuat otot menjadi lemah bahkan menyebabkan kelumpuhan.
Penyakit ini bisa menyerang siapa saja baik itu pria maupun wanita di segala usia, namun umumnya mereka yang berusia diatas 30 tahun.
Baca Juga: Waspada Virus Zika, Penyebab Cacat Otak Yang Bisa Menimbulkan Penyakit Sindrom Guillain-Barre
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui gejala awal dari penyakit GBS ini.
Meski sampai saat ini penyakit GBS masih belum pasti diketahui pemicunya, bisa karena virus ataupun nonvirus.
Namun dilansir dari MedlinePlus, penyakit GBS biasanya terjadi setelah ada infeksi, misalnya flu, radang paru, atau infeksi perut.
Bisa juga disebabkan oleh virus Epstein-Barr, infeksi Campylobacter, yakni infeksi bakteri yang terdapat pada produk unggas yang dimasak kurang matang.
Penyakit GBS juga bisa terjadi bersamaan dengan AIDS, herpes simpleks, mononukleosis, lupus, penyakit Hodgkin, serta bisa terjadi seusai operasi.
Pada umumnya penyakit GBS terjadi karena adanya kerusakan pada pelindung saraf (myelin sheath) yang disebut demyelination.
Umumnya, gejala awal yang muncul berupa otot kaki menjadi lemah yang terus menyebar ke bagian tubuh atas termasuk tangan.
Dalam beberapa kasus kelumpuhan bisa terjadi pada tahap awal ini.
Disini penderita akan merasa kesemutan, nyeri kaki, dan tangan seperti ditusuk-tusuk, serta otot tangan dan kaki yang semakin melemah bahkan sulit untuk menggenggam sesuatu.
Jika peradangan menyerang saraf diafragma dan dada berisiko sangat fatal, karena penderita GBS akan kesulitan bernafas sehingga memerlukan alat bantu pernapasan.
Gejala lain yaitu kehilangan refleks kaki dan tangan, gerak anggota tubuh tak terkontrol, tekanan darah naik turun, mati rasa, serta kejang otot.
Selain itu, pandangan kabur, sulit menggerakkan otot wajah, sulit bicara, dan berdebar-debar.
Jika penderita mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera mendapatkan pertolongan medis yang tepat dengan memeriksanya ke dokter terkait.
Untuk memastikan, dokter akan melakukan pemeriksaan, antara lain dengan mengambil contoh cairan sumsum tulang belakang, elektromyografi, elektrokardiografi, dan tes fungsi paru.
Meski sampai saat ini belum ditemukan obat untuk penyakit GBS, namun ada terapi yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi dan mempercepat pemulihan penyakit ini.
Salah satunya, plasmaferesis, yaitu terapi mengeluarkan darah dari tubuh, biasanya dari tangan, dipompa ke mesin untuk menghilangkan antibodi, kemudian memasukkan darah kembali ke tubuh.
Metode lain adalah menghambat antibodi dengan terapi imunoglobulin dosis tinggi.
Untuk meredakan raasa nyeri yang ditimbulkan dokter akan memberikan obat antiradang serta kortikosteroid.
Perlu diketahui, jika ditangani dengan baik, cepat dan tepat penderita GBS bisa kembali pulih walaupun dengan catatan kelemahan ototnya yang masih ada.
Setidaknya dengan pengobatan terapi tersebut, penderita GBS akan lebih baik dalam menjalani kehidupannya.(*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealth
Source | : | Kompas.com,Mayo Clinic,medlineplus.gov |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar