Sebelum meninggal dunia, Bondan Winarno telah menjalani dua kali operasi jantung. Setelah operasi jantung pertama, ada bakteri yang menginfeksi tubuh pakar kuliner itu.
"Pak Bondan setelah operasi jantung kena semacam bakteri, dan itu jadi infeksi," kata putra Bondan, Eliseo Winarno, di rumah duka, Kompleks Imperial Golf Estate, Jl Bangsawan Raya Sentul City No. 2, Sentul, Bogor, Rabu (29/11/2017, seperti dikutip dari detik.com.
Operasi pertama dilakukan pada September lalu. Setelah operasi jantung saat itu, Bondan sempat beraktivitas seperti biasa.
Bakteri itu ditemukan setelah Bondan menjalani pemeriksaan (check up) di Malaysia beberapa kali. Bondan merasa tidak mantap dengan pemeriksaan kesehatan itu dan memutuskan memeriksakan kesehatannya di Indonesia saja.
Tim dokter Indonesia berhasil menemukan bakteri itu, namun belum diketahui asalnya. "Datangnya dari mana nggak tahu, karena Pak Bondan sudah ke luar rumah sakit kan sudah beredar lagi," kata dia.
Bondan sempat dalam kondisi sehat sebelum koma. Operasi jantung kedua dilakukan pada Kamis (23/11) pekan lalu.
Baca Juga: Wulan Guritno Ternyata Pengagum Kerokan, Bahaya Enggak Sih Buat Kesehatan? Ini Faktanya
"Dokter juga bilang oke (kondisi kesehatan Bondan), kalau bukan karena infeksi ini memang kumannya ganas sekali. Dia dalam keadaan medical coma," kata dia.
Dalam tulisan di Facebook Jalansutra, Bondan sempat bercerita bahwa kondisi kesehatan jantungnya mulai bermasalah sejak 2005. Saat itu, Bondan sedang bepergian Singapura-Jakarta, lalu tiba-tiba merasa ujung jarinya kesemutan.
Baca Juga: Ironi! Masih Percaya Ritual Adat, Ibu dan Bayi Berusia 2 Hari Ini Tewas Secara Tragis
Bila bakteri pasca operasi ditemukan di Malaysia, bisa jadi infeksi pada luka operasi atau Surgical Site Infection (SSI).
Kejadian SSI pada suatu institusi penyedia pelayanan kesehatan mencerminkan kualitas pelayanan institusi tersebut. SSI di Amerika Serikat merupakan penyebab utama angka kesakitan pasien setelah menjalani operasi.
SSI adalah infeksi yang terjadi pada tempat insisi dalam 30 hari pasca operasi yang mengenai kulit dan subkutis di tempat yang dioperasi.
Dilansir dari WebMD, beberapa kriteria yang dapat disebut sebagai telah terjadi SSI adalah;
- Adanya cairan (nanah) yang keluar dari luka pasca operasi.
- Adanya Mikroorganisme yang ditemukan pada pemeriksaan kultur jaringan.
- Setidaknya dijumpai satu dari tanda dan gejala infeksi seperti berikut ini adanya nyeri, edema lokal (pembengkakan tanpa disertai tanda-tanda memar), eritema (kemerahan), atau rabaan hangat.
Baca Juga: Ironi! Masih Percaya Ritual Adat, Ibu dan Bayi Berusia 2 Hari Ini Tewas Secara Tragis
Diagnosis SSI ditegakkan oleh dokter bedah atau dokter yang memeriksa. Banyak faktor yang berperan meningkatkan risiko terjadinya SSI yaitu pengaruh dokter bedah, kasus terkontaminasi, dan faktor pasien.
Pengobatan yang paling penting bagi Infeksi Luka operasi adalah membuka kembali sayatan bedah untuk membersihkan material yang terinfeksi (jaringan mati dan benda asing). Kasa pembalut yang digunakan pada luka harus diganti beberapa kali sehari.
Hal ini memungkinkan infeksi untuk sembuh dengan tindakan lanjutan. Kondisi ini akan membuat luka yang terbuka pulih dari bawah ke atas dengan membuat jaringan baru.
Antibiotik dapat diberikan pada saat luka dibersihkan dan selama beberapa hari setelahnya. Pengobatan dapat diperpanjang jika ada tanda-tanda bahwa infeksi dapat menyebar dan terutama jika terjadi demam. (*)
Source | : | Kompas.com,WebMD,IDI Online |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar