“Sepertinya aku alergi terhadap pasta gigi ini,” kata Denise kepada Ibunya. Di sinilah, Monique menyadari bahwa anaknya mengalami syok anafilaksis yang merupakan dampak paling berbahaya dari reaksi alergi yang terjadi pada tubuh seseorang.
Syok anafilaksis timbul dalam 5–30 menit setelah terjadi kontak dengan alergen. Hal ini terjadi karena sel-sel kekebalan tubuh bereaksi saat terjadi kontak dengan bahan tersebut, dan memicu respons berbagai organ. Nyawa Denisi tak tertolong karena reaksi ini.
Gejalanya diawali dengan rasa pusing yang tiba-tiba datang, napas seperti tersengal, detak jantung tak beraturan, gelisah dan hilang kesadaran. Terkadang gejala ini disertai juga dengan gatal-gatal, pembengkakan lidah atau tenggorokan.
Hal terpenting untuk mencegah munculnya reaksi alergi adalah menghindari allergen secara ketat. Saat reaksi alergi telah terjadi, maka obat-obatan antihistamin dapat diberikan dengan segera.
Umumnya, individu dengan alergi perlu selalu membawa beberapa jenis obat seperti antihistamin, tetes mata, atau dekongestan untuk meringankan gejala yang muncul.
Namun, saat terjadi reaksi anafilaksi, maka penanganan yang harus segera diberikan adalah suntikan epinefrin (adrenalin), yang saat ini belum dapat diperoleh dengan bebas. Pemberian suntikan epinefrin dilakukan di fasilitas kesehatan.
Sesuai rekomendasi American College of Allergy, Asthma, and Immunology, saat terjadi reaksi anafilaksi, anak harus segera dibawa ke unit gawat darurat. Penanganan reaksi alergi yang tepat waktu akan menghindarkan akibat-akibat yang tidak diinginkan.
Source | : | WebMD,parents.com,American College of Allergy, Asthma, and Immunology |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar