GridHEALTH.id – Aktris Prilly Latuconsina mengaku pernah mendapat perlakuan bullying saat duduk di bangku SMA.
Meskipun saat itu namanya telah naik daun dan dan populer, ternyata Prilly Latuconsina masih menerima tindakan bullying dari kakak kelasnya.
"Aku tuh lupa nama kakak kelasnya siapa 'sorry banget' tapi aku inget banget aku selalu digangguin sama dia setiap aku ke kantin aku dicegat-cegat," ungkapnya di Youtube Arief Muhammad pada Selasa (17/12/2019), dilansir dari Grid.id.
Mantan kekasih Maxime Bouttier ini menceritakan tindak bullying yang diterima saat itu dari kakak kelas perempuan.
Baca Juga: Tak Bisa Tidur Saat Menstruasi, Prilly Latuconsina Dilarikan ke Rumah Sakit
Selanjutnya Prilly pun mengaku setiap keluar dari kantin roknya dibuat basah.
"Aku kalo keluar dari kantin roknya (dibuat) basah disemprot-semprotin pake air," ungkapnya.
Bahkan Prilly sempat diisengin oleh kakak kelasnya hingga membuatnya menangis.
"Oh iya ada kakak kelas cewek, ada duit jatuh gitu aku disuruh ambil, 'ambil tuh duit siapa udah sana bawa ke BK ada duit ilang' masih culun banget, aku gak tau itu duit siapa gue ambil nurut banget lagi," ungkapnya.
Namun setelah diambil, Prilly justru diteriaki sebagai maling hingga membuatnya menangis.
Hingga saat ini, budaya bullying yang sempat dialami Prilly Latuconsina saat SMA ini masih sulit dihilangkan.
Bullying atau penindasan dapat memengaruhi kesehatan fisik dan emosi, baik dalam jangka pendek maupun di kemudian hari.
Hal itu dapat menyebabkan cedera fisik, masalah sosial, masalah emosional, dan bahkan kematian.
Baca Juga: Anak Sehat Tak Hanya Ditandai oleh Fisiknya Saja, Cek Juga Kesehatan Mentalnya
Bullying dapat memengaruhi setiap orang, baik itu mereka yang dibully, mereka yang membully, dan mereka yang menyaksikan bullying.
Anak-anak yang dibully memiliki risiko lebih tinggi untuk masalah kesehatan mental, sakit kepala, dan masalah menyesuaikan diri dengan sekolah.
Anak-anak yang dibully kemungkinan akan mengalami depresi dan kecemasan, meningkatnya perasaan sedih dan kesepian, perubahan pola tidur dan pola makan, dan hilangnya minat pada kegiatan yang biasa mereka nikmati.
Dan juga, anak-anak yang dibully mungkin akan mengalami penurunan prestasi akademik, mereka lebih cenderung ketinggalan pelajaran, bolos, atau putus sekolah.
Sedangkan anak-anak yang membully berisiko lebih tinggi untuk penggunaan narkoba, masalah akademik, perilaku kekerasan, dan perilaku berisiko lainnya di kemudian hari.
Studi penelitian National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) menunjukkan bahwa siapa pun yang terlibat dengan bullying punya risiko tinggi untuk depresi.
Studi penelitian yang didanai NICHD juga menemukan bahwa tidak seperti bentuk-bentuk bullying biasa, anak atau remaja yang dibully secara elektronik (cyberbullying), seperti dengan komputer atau telepon seluler, memiliki risiko depresi yang lebih tinggi daripada anak atau remaja yang membully mereka.
Wah, banyak sekali dampak negatif dari tindakan bullying yang pernah dialami Prilly Latuconsina, semoga para korban dan pelaku bullying segera diberi pertolongan dan edukasi tentang bahayanya budaya bullying.(*)
Source | : | Grid.ID,stopbullying.gov,nichd.nih.gov |
Penulis | : | Deva Norita Putri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar