GridHEALTH.id – Dunia kini sudah difasilitasi dengan berbagai rangkaian teknologi mutakhir nan terbarukan.
Salah satu peran utama Technology Transfer Office (TTO) adalah membawa penilitian ke bidang komersial atau terapan.
Saat ini, Indonesia sangat membutuhkan adanya TTO agar riset di Indonesia maju dan tak hanya masuk kotak.
Untuk itu, dibutuhkan dukungan yang kuat, baik dari dunia pendidikan dan industri.
“Secara umum, saat ini terjadi kesenjangan atau gap antara penilitian translasional dengan terapan sehingga sangat diperlukan dukungan yang kuat dari pihak industri agar mampu memberikan perubahan yang signifikan sesuai kebutuhan masyarakat,” ujar Prof. DR. Dr. Budi Wiweko, SpOG(K), MPH, Wakil Direktur Medical Education Research Institute (IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), Kamis (15/08/2019).
Baca Juga: Penanganan Infeksi Luka Operasi yang Tidak Tepat Bisa Berujung Kematian
Menurut Iko, demikian ia biasa disapa, dukungan dapat diberikan dengan menaruh perhatian besar pada perkembangan TTO.
Hampir seluruh universitas terkemuka di dunia telah melakukan hal tersebut, salah satu contohnya yaitu Association University Technology Managers (AUTM).
Organisasi ini bertugas untuk mengoordinasi semua TTO yang terdapat di universitas di Amerika Serikat.
Sejak tahun 1996 sampai 2015 AUTM telah mendorong 380.000 invensi dengan 80.000 di antaranya telah mendapatkan paten.
Baca Juga: Bisul di Area Vital Digaruk Memicu Kanker, Ini Tips Merawatnya
Itu berarti, dalam 19 tahun hanya 20 persen invensi yang berujung mendapatkan hak paten dan memiliki potensi ke ranah komersialisasi.
“Karena itu, penelitian harus terus diasah, didorong dan difasilitasi pemerintah, akademisi dan industri,” tambah Iko yang juga merupakan pendiri Indonesian Innovation for Health (INNOVATE) FK-UI sebagai TTO pertama bidang kesehatan di Indonesia.
Baca Juga: Wanita Ini Hampir Buta Permanen Setelah Pasang Bulu Mata Palsu, Ternyata Ini Risikonya
“Dan selanjutnya dibutuhkan komunikasi intensif, kondusif dan interaktif untuk membuka peluang prototipe penilitian masuk ke ranah komersialisasi agar riset, terutama di Indonesia, tidak hanya masuk kotak.”
Dia berpendapat bahwa peran TTO sebagai corong komunikasi, endoser, perencanaan gambaran bisnis dan negosiator mengharuskan seorang TTO officer wajib memiliki kemampuan ulung untuk mendeteksi peluang bisnis dan potensi pasar dari sebuah aktifitas riset.
Iko menegaskan, “Sebagai komunikator dan business planner, TTO officer wajib memiliki etos kerja dan kejelian yang tinggi dan kemampuan untuk membaca dan menerjemahkan kebutuhan pasar sesuai terminologi Demand Readiness Level (DRL) (Paun, 2011).”
Baca Juga: Asal Penanganannya Tepat, Anak Prematur Masih Punya Kesempatan Tumbuh Sehat
“Salah satu tantangan di bidang inovasi teknologi di Indonesia yaitu kontinuitas pengembangan karya dan inovasi,” ujar Ir. Kristanto Santosa, MscM, IPM, Ketua Business Innovation Center, pada kesempatan yang sama.
Dia mengatakan, banyak sekali ide wirausaha kreatif yang muncul, namun unit yang bertugas sebagai komunikator atau endoser manajemen para peniliti dirasa masih kurang sehingga inovasi yang ada hanya menjadi realitas ide yang tidak dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
Baca Juga: Jangan Telat Minum Pil KB, Supaya Efektivitas Khasiatnya Bisa 99%
“Selain itu, proses mendapatkan hak paten juga menjadi kendala besar, sangat lambat, bahkan dapat memakan waktu sampai 11 tahun.”
Dia menerangkan, “Dalam UU, dijelaskan bahwa perguruan tinggi dan litbang wajib mengusahakan penyebaran informasi penilitian dan pengembangan melalui Sentra HKI.”
“Namun, dari 80 sentra HKI, hanya 3 yang memiliki pengalaman dan kemampuan mengelola alih teknologi dan kekayaan intelektual atau dengan kata lain berperan benar sebagai TTO.”
Kemudian ia menambahkan, “Agar peran TTO maksimal, diperlukan leadership yang sangat kuat dan memiliki otoritas besar serta memiliki akses ke berbagai pihak dalam mengelola TTO sehingga riset menjadi teraplikasi di dalam kehidupan nyata.”
“Pemerintah perlu mencari sosok yang mampu menembus berbagai kendala baik di dalam birokrasi, dunia usaha dan masyarakat Indonesia serta internasional.”
Berkaca dari tantangan dan hambatan di atas, pengembangan pusat riset di Indonesia harus menjadi target utama dalam menghasilkan penelitian yang bermanfaat sesuai kebutuhan masyarakat.
Iko menambahkan, “Saya sangat berharap, Universitas di Indonesia didorong untuk berperan sebagai Research and Development-nya dunia industri sehingga akan mendorong percepatan komersialisasi produk riset.” (*)
Source | : | Pers Rilis |
Penulis | : | Deva Norita Putri |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar