GridHEALTH.id – Jumlah RS khusus Kanker di Indonesia sampai saat ini tidak banyak dan menghadapi berbagai tantangan antara lain Sumber Daya Manusia yang masih perlu dikembangkan.
Itulah yang dikatakan dr. Adityawati Ganggaiswari, M.Biomed, Direktur Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospital Semanggi, dalam acara seminar media yang bertajuk “Harapan Baru Bagi Pasien Kanker Limfoma Hodgkin dengan Terapi Inovatif”, Rabu (13/11/2019).
Seminar tersebut terselenggara atas kerja sama Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI), Persatuan Hematologi-Onkologi Medik Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN), Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) dan Takeda Indonesia.
Menurut dr. Adityawati Ganggaiswari, jumlah Dokter Onkologi masih sangat terbatas dan SDM keperawatan, staf radioterapi, staf kedokteran nuklir yang memiliki keahlian khusus untuk melakukan tindakan spesifik untuk kanker sehingga diperlukan pelatihan khusus bagi SDM tersebut.
Baca Juga: Trik Mendapatkan Anak Cerdas dengan Strategi Usia Mulai Hamil
“MRCCC merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki ijin sebagai rumah sakit khusus kanker tipe A dan melayani 60% pasien kanker dan 40% non kanker,” ujarnya
Dia menerangkan, “Di lapangan, sebagian besar pasien dapat mengakses pelayanan kanker, namun demikian pada pasien BPJS, masih terdapat berbagai tantangan dalam hal ketersediaan obat dan waktu pelayanan mengingat keterbatasan SDM yang tersedia.”
Baca Juga: Gangguan Tidur Insomnia Bisa Diatasi dengan Bunga Lawang yang Biasa Dijadikan Penyedap Masakan
Idham Hamzah, Presiden Direktur Takeda Indonesia mengatakan, “Takeda sebagai perusahaan yang memegang prinsip PTRB, yaitu patient, trust, reputation dan business mengedepankan pasien sebagai prioritas utama dan pusat dari apa yang kita lakukan sehingga akses pasien terhadap obat merupakan fokus dari aktifitas yang Takeda lakukan.”
“Salah satu cara untuk meningkatkan akses dengan Takeda berkolaborasi dengan berbagai pemangku kebijakan untuk usaha peningkatan diagnose dan strategi pembiayaan obat serta program Coorperate Social Responsibility (CSR).”
Dia menambahkan, “Takeda memiliki beberapa jenis program akses untuk pasien terhadap obat-obatan seperti Program Bantuan Pasien (PAP) dan Program Pasien (NPP).”
“Takeda Indonesia telah menerapkan program bantuan pasien (PAP) untuk Brentuximab Vedotin, menggunakan pendekatan inovatif, berbasis status kemampuan ekonomi individual untuk membantu pasien menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan yang ditentukan,” jelasnya.
Idham Hamzah mengatakan bahwa untuk mendukung pasien mendapatkan pengobatan terbaik, Takeda Indonesia juga berkolaborasi dengan ahli patologi lokal untuk meningkatkan kompetensi diagnosis mereka melalui organisasi kedokteran seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI), utamanya kelompok Studi Patologi Limfoma (KSPL).
“Takeda Indonesia juga berkomitmen untuk memberikan pendidikan medis berkelanjutan bagi tenaga kesehatan guna peningkatan kualitas pelayanan bagi pasien,” tutupnya.(*)
#berantasstunting
Source | : | Pers Rilis |
Penulis | : | Deva Norita Putri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar