GridHEALTH.id - Awal tahun 2019 ini sebuah pangkalan pembuangan limbah medis di Benton, Newcastle bocor dan sempat mebuat heboh pemberitaan.
Pasalnya pembuangan limbah medis tersebut seharusnya tertutup untuk publik.
Dalam tayangan yang tersebar, gambar mengerikan di mana tas plastik yang mengandung limbah medis, dari sisa-sisa manusia termasuk lengan dan kaki terlihat.
Gambar itu terlihat tumpukan plastik menggunung sampai ke langit dan menunggu untuk dibakar.
Kasus ini adalah skandal terbesar dalam penampungan limbah medis yang sempat bocor ke publik mengungkapkan bagaimana limbah medis itu ditangani.
Baca Juga: Hebat, Mahasiswa UGM Olah Limbah Ceker Ayam Jadi Obat Patah Tulang!
HES (sebuah lembaga yang menangani masalah lilmbah medis) ini sebelumnya memberi pernyataan akan masalah tersebut.
"Gambar-gambar ini menunjukkan limbah disimpan dengan aman di fasilitas limbah khusus sebelum dibuang," terang HES.
Namun pihak kontraktor membantah dan mengatakan bahwa limbah tersebut sudah ditangani dengan baik.
"Kami membantah klaim anonim ini bahwa limbah anatomi ditangani secara tidak benar. Itu dibuang sebagai prioritas. Tidak ada bagian tubuh yang ditimbun di salah satu fasilitas kami," lanjutnya.
Diketahui hampir setiap hari banyak rumah sakit melakukan operasi pengangkatan organ tubuh manusia, mulai dari organ terluar maupun sampai organ dalam.
Namun terkait dengan masalah tersebut, lantas kemanakah limbah medis itu selanjutnya dibuang ?
Hal ini tentu menjadi pertanyaan yang sering membuat orang penasaran.
Sebab tak mungkin juga organ manusia itu disimpan begitu saja oleh rumah sakit, terlebih jika organ tersebut terkena penyakit kronis.
Baca Juga: Bau Napas Tidak Sedap Bikin Minder, Hilangkan Secepat Kilat dengan 8 Cara Berikut Ini
Nah sebelum menjawab pertanyaan diatas, perlu diketahui limbah medis ternyata dibagi menjadi empat kategori: limbah medis infeksius, tajam, redundan, dan anatomi seperti dilansir dari The Guardian.
Sebelum dibuang limbah-limbah ternyata harus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam wadah yang terpisah.
Baca Juga: Masuk Ruang Operasi sebelum Melahirkan, Paula Verhoeven Malah Lari Cari Toilet, Gugup?
Mick Fanning, seorang konsultan energi, limbah, dan tempat berkelanjutan di WSP Group, mengatakan limbah infeksius adalah "paling umum dan paling banyak" yang diproduksi oleh rumah sakit.
Pakaian pelindung seperti masker, pakaian, dan sarung tangan yang dikenakan oleh dokter dan perawat termasuk dalam kategori ini dan dimasukkan ke dalam tas.
Biasanya sampah itu dimasukan ke dalam wadah plastik terpisah, kemudian ditempatkan di tempat sampah terpisah dan aman.
Baca Juga: Studi: Makan Pisang Sejak MPASI Sampai 2 Tahun Mampu Turunkan Risiko Leukemia Pada Anak
Tempat sampah ini biasanya memiliki nomor yang sesuai dengan klasifikasi PBB untuk transportasi jalan, yang, kata Mick Fanning, memberi tahu layanan darurat bahwa itu adalah limbah medis.
Kemudian kemanakah sampah itu dibuang?
Rumah sakit biasanya memiliki insinerator di lokasi untuk menghancurkan limbah klinis.
Tetapi itu adalah bencana, katena insinerator sering kali terlalu kecil untuk melakukan pembakaran jadi sering menimbulkan polusi.
Jadi pengumpulan limbah klinis diserahkan kepada kontraktor swasta dari awal 1990-an.
Ketika mengumpulkan limbah dari rumah sakit, kata Fanning, kontraktor memiliki dua opsi:
Pertama, perusahaan dapat mengangkut limbah medis langsung ke fasilitas yang akan "menjadikannya aman" dan limbah tersebut kemudian dipanaskan atau dibakar.
Atau mereka dapat mengangkut sampah ke tempat yang dikenal sebagai stasiun transfer.
Limbah disimpan di stasiun itu untuk waktu yang ditentukan sebelum dipindahkan ke fasilitas yang akan menghancurkannya.
Ada sejumlah kontraktor di sektor ini, beberapa melaksanakan seluruh proses pengumpulan dan penghancuran, yang lain berfokus pada tahap-tahap tertentu.(*)
#berantasstunting
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Sering Bikin Penasaran, Kemanakah Limbah Medis Seperti 'Potongan Bagian Tubuh Manusia' Dibuang Oleh Rumah Sakit?
Source | : | The Guardian,intisari,Mirror |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar