Pertama, mencakup data tahun 1862-1930 dari veteran tentara sekutu pada perang dunia. Data lain didapat dari riset kesehatan nasional Amerika Serikat antara tahun 1971-1975.
Baca Juga: Berantas Stunting: Ada Wacana, Anak Stunting Bakal Masuk Golongan Disabilitas
Data paling mutakhir diambil dari Stanford Translational Research Integrated Database Environment, yang diambil pada rentang 2007-2017 pada warga Amerika Serikat. Total ada 677.423 pengukuran suhu yang dilakukan.
Dr Julie Parsonnet, seorang profesor kedokteran di Stanford yang terlibat penelitian, menawarkan dua bukti bahwa penurunan itu bukan hanya akibat termometer versi lama yang kurang memadai.
Tapi pertama, karena penurunan suhu tubuh terlihat dalam set data yang lebih modern. Serta termometer yang digunakan mungkin lebih andal.
Kedua, orang yang lebih tua ditemukan memiliki suhu tubuh lebih tinggi daripada orang yang lebih muda dan diukur pada tahun yang sama. Itu berarti mengubah termometer saja tidak dapat menjelaskan efek penurunan suhu tubuh normal.
"Penjelasan yang paling mungkin dalam pandangan saya adalah bahwa, secara mikrobiologis, kita adalah manusia yang sangat berbeda dari sebelumnya," kata Parsonnet, dikutip dari New York Times, Senin (13/1/2020).
Baca Juga: Keluhan Kehamilan yang Perlu Diantisipasi Ibu Hamil di Trimester Satu
Personnet menambahkan bahwa orang-orang modern memiliki lebih sedikit infeksi, berkat vaksin dan antibiotik, sehingga sistem kekebalan tubuh kita kurang aktif dan jaringan tubuh kita kurang meradang.
Source | : | New York Times,Medical News Today |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar