Ketika anak menerima hukuman fisik, ia akan mengingatnya dan menjadikannya contoh.
Psikolog dan pakar pendidikan asal Amerika Serikat, Lynne Namka, menjelaskan jika hukuman fisik memicu anak menjadi lebih agresif.
Bahkan walau hukuman tersebut dilakukan untuk menghentikan perilaku tertentu, dampaknya akan bertolak belakang.
Anak tak selalu dapat memahami perbedaan antara tindakan agresif yang membuat mereka dihukum dengan hukuman fisik sebagai cara mendisiplinkan.
Mereka tak bisa membedakan antara memukul teman dengan mendapat pukulan sebagai hukuman.
Oleh karena itu memberikan hukuman fisik, menurut Akademi Dokter Anak Amerika Serikat, dapat memicu meningkatnya tindak agresif anak.
4. Meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga
Penelitian menemukan jika remaja yang menerima hukuman fisik memiliki risiko tiga kali lebih besar nantinya akan menganiaya anaknya sendiri.
Memberikan hukuman fisik mengajarkan anak jika menyakiti orang lain diperbolehkan.
Akibatnya si kecil akan menerjemahkan tindakan fisik merupakan salah satu cara menyelesaikan masalah, misalnya dengan memukul.
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Ini Bahaya Menginjak Kecoak Yang Mengancam Jiwa
Pemikiran ini dapat bertahan pada anak, bahkan ketika ia tumbuh besar dan telah menjadi orang tua.
Ini dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga, karena ia telah menanamkan pikiran memukul orang lain boleh dilakukan sebagai penyelesaian.
Oleh karena itu, bagi para orangtua hindari menghukum anak yang nakal dengan kekerasan fisik.(*)
#berantasstunting
Source | : | tribunnews,Nakita.id,Suar.ID |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar