GridHEALTH.id - Penangkapan dua orang pria yang diduga melakukan hubungan badan sesama jenis menghebohkan warga Nagari Cupek, Kabupaten Solok, Sumatera Selatan, Senin (2/3/2020).
Sebab lokasi yang dijadikan tempat perbuatan tak senonoh tersebut adalah sebuah rumah ibadah musala.
Dilansir dari Kompas.com (4/3/2020), Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Solok AKP Deny Akhmad menuturkan bahwa kejadian itu adalah sebuah tindak pidana pemerkosaan.
Dimana EPS (23) merupakan pelaku dan ROP (13) adalah korban.
Menurutnya kejadian itu bermula ketika kedua pria tersebut menumpang menginap di musala pada minggu malam karena mengaku tidak punya uang dan hari sudah larut malam.
Pengurus musala yang iba akhirnya mengizinkan EPS dan ROP untuk bermalam.
Akan tetapi saat larut malam, pengurus musala merasa curiga lantaran lampu disana mereka padamkan semua.
Saat dihampiri bersama warga, mereka dikejutkan karena mendapati keduanya tanpa busana dan sedang melakukan hubungan badan sesama jenis.
Warga yang emosi hampir saja mengamuk EPS dan ROP, untungnya ada yang menahan dan menyerahkannya ke pihak kepolisian.
"Warga sempat marah dan pelaku hampir saja diamuk. Namun, beruntung ada yang menahan dan akhirnya diserahkan ke polisi," kata Deny.
Baca Juga: Tak Ditanggung BPJS Kesehatan, Kepada Siapa Biaya Pengobatan Virus Corona Disubsidi?
Ia juga mengatakan sampai saat ini kasusnya masih dalam proses pendalaman, namun untuk sementara merupakan tindakan pemerkosaan terhadap anak.
Menurut polisi, terdapat paksaan untuk melakukan hubungan badan. EPS diduga memaksa ROP untuk berhubungan seksual di tempat ibadah.
Diketahui EPS sendiri merupakan seorang pemuda pengangguran dan ROP adalah remaja putus sekolah.
Baca Juga: Bukan Hanya Bersin dan Batuk, Air Kencing Juga Bisa Tularkan Virus Corona
Namun terlepas dari itu, tentu apa yang dilakukan mereka sangat berbahaya bagi kesehatannya masing-masing.
Dilansir dari NCBI (National Center for Biotechnology Information), berhubungan badan dengan sesama jenis terlebih pria dengan pria berisiko tinggi terkena penyakit menular seksual seperti HIV.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Beberapa alasan kenapa hubungan ini memiliki dampak mengerikan yaitu tingginya risiko terserang HIV antara lain adalah risiko penularan HIV melalui seks anal.
Baca Juga: Penderita Diabetes Boleh Konsumsi Kopi, Tapi Pilih Ini Jenisnya
Suatu penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Epidemiology mengungkapkan bahwa tingkat risiko penularan HIV lewat seks anal lebih besar 18% dari penetrasi vagina.
Hal itu disebabkan jaringan dan lubrikan alamiah pada anus dan vagina sangat berbeda.
Bila organ intim wanita memiliki banyak lapisan penahan infeksi virus, sementara anus hanya memiliki satu lapisan tipis saja.
Selain itu, anus juga tidak memproduksi lubrikan/cairan alami seperti organ intim wanita sehingga sangat tinggi kemungkinannya terjadi luka atau lecet saat penetrasi dilakukan.
Baca Juga: Miliki Bentuk Wajah Seperti Ini? Hati-hati, Kemungkinan Mudah Tertular Virus Corona
Luka inilah yang bisa menyebarkan infeksi HIV. Infeksi ini juga bisa terjadi jika ada kontak dengan cairan rektal pada anus.
Perlu diketahui, cairan rektal sangat kaya akan sel imun, sehingga virus HIV mudah berkembang biak.
Jika infeksi HIV sudah masuk pada kondisi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), maka tubuh orang tersebut akan sangat sulit melawan infeksi, sesederhana virus influenza karena sistem imunnya rusak.
Baca Juga: Stop Merokok Jika Tak Ingin Tertular Virus Corona, Ini Alasannya
Mereka juga lebih rentan terkena tuberkulosis, radang paru, jamur, dan infeksi lainnya.
Dampak mengerikan ini tentu akan sangat membahayakan apalagi jika hubungan sesama jenis ini merupakan kejahatan seksual seperti kasus Reynhard Sinaga.
Pasalnya selain dapat memengaruhi kesehatan mental, pelaku dan korbannya berisiko tinggi terkena HIV/AIDS yang bisa menyebabkan kematian.(*)
Baca Juga: Jadi Penangkal Virus Corona, Ini Resep Jamu Ala Presiden Jokowi
#berantasstunting
Source | : | Kompas.com,NCBI |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar