GridHEALTH.id – Percaya atau tidak, saat bulan Ramadan kita justru menjadi manusia yang selalu sehat dan tidak mudah sakit.
Buktinya, banyak yang bertanya-tanya, bulan puasa kurang tidur. Siang hari tidak makan dan minum, tapi aktivitas sama seperti biasa, ajaibnya sehat-sehat saja.
Ada yang mengakui jika saat bulan puasa mereka yang mudah sakit mendadak menjadi kuat imunitasnya.
Apakah ini faktor sugesti karena keimanan, atau memang ada alasan medisnya?
Untuk deketahui, puasa yang biasa umat muslim lakukan di bulan Ramadan masuk dalam klasifikasi intermittent fasting.
Menurut banyak ahli, seperti dilansir dari Healthline, puasa intermittent fasting yaitu puasa hanya beberapa jam dalam sehari, sama seperti puasa umat muslim, mempunyai manfaat yang baik bagi tubuh.
Mereka yang melakukan puasa, plus minus 16 jam dalam sehari, beberapa hal terjadi akan terjadi pada tubuh pada tingkat seluler dan molekul.
Baca Juga: Selain Insentif, Dokter dan Tenaga Kesehatan Diberi Perlakuan Istimewa
Misalnya, tubuh menyesuaikan kadar hormon untuk membuat lemak tubuh yang disimpan lebih mudah diakses.
Sel-sel tubuh pun memulai proses perbaikan penting dan mengubah ekspresi gen.
Nah, berikut ini beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh saat berpuasa seperti puasa bulan Ramadan:
* Human Growth Hormone (HGH): Tingkat hormon pertumbuhan meroket, meningkat sebanyak 5 kali lipat.
Ini memiliki manfaat untuk kehilangan lemak dan penambahan otot.
* Insulin: Sensitivitas insulin meningkat dan kadar insulin turun secara dramatis.
Kadar insulin yang lebih rendah membuat lemak tubuh yang disimpan lebih mudah diakses.
* Perbaikan seluler: Saat berpuasa, sel tubuh memulai proses perbaikan seluler.
Baca Juga: Wali Kota Jayapura; Pemerintah Beri Santunan Sebesar 15 Juta kepada Keluarga Korban Covid-19
Ini termasuk autophagy, di mana sel-sel mencerna dan menghapus protein tua dan disfungsional yang menumpuk di dalam sel.
* Ekspresi gen: Ada perubahan fungsi gen yang terkait dengan umur panjang dan perlindungan terhadap penyakit.
*Perubahan kadar hormon, fungsi sel, dan ekspresi gen ini bertanggung jawab atas m anfaat kesehatan puasa intermiten.
Karenanya puasa Ramadan, seperti dikutip dari artikel Healthlin berjudul Intermittent Fasting 101 — The Ultimate Beginner's Guide, bisa membuat kita yang melaksanakannya;
Baca Juga: Kasus Corona Belum Selesai, Indonesia Diramal Akan Kembali Diterpa Bencana di Tahun 2020, Benarkah?
* Kehilangan berat badan: Puasa intermiten dapat membantu menurunkan berat badan dan lemak perut, tanpa harus secara sadar membatasi kalori.
* Resistensi insulin: Puasa intermiten dapat mengurangi resistensi insulin, menurunkan gula darah hingga 3-6% dan kadar insulin puasa sebesar 20-31%, yang seharusnya melindungi terhadap diabetes tipe 2.
* Peradangan: Beberapa penelitian menunjukkan pengurangan penanda peradangan, pendorong utama banyak penyakit kronis.
* Kesehatan jantung: Puasa intermiten dapat mengurangi kolesterol jahat LDL, trigliserida darah, penanda inflamasi, gula darah dan resistensi insulin - semua faktor risiko penyakit jantung.
* Kanker: Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat mencegah kanker.
* Kesehatan otak: Puasa intermiten meningkatkan hormon BDNF otak dan dapat membantu pertumbuhan sel saraf baru.
Pun dapat melindungi terhadap penyakit Alzheimer.
* Anti-penuaan: Puasa intermiten dapat memperpanjang umur tikus. Studi menunjukkan bahwa tikus berpuasa hidup 36-83% lebih lama.
Satu hal yang juga harus kita ketahui, mengutip penyataan Joel Fuhrman MD, author of Eat to Live: The Revolutionary Plan for Fast and Sustained Weight Loss and Fasting and Eating for Health, kepada WebMD yang mengatakan puasa dapat secara efektif mengobati kondisi kesehatan yang serius, dari radang sendi dan radang usus besar hingga penyakit jantung dan depresi.
Fuhrman mengatakan kepada WebMD, ia telah melihat puasa - dikombinasikan dengan meningkatkan diet sebelum dan sesudahnya - menghilangkan lupus, radang sendi dan kondisi kulit kronis seperti psoriasis dan eksim.
Dia pun mengatakan melihat puasa menyembuhkan saluran pencernaan mereka yang menderita kolitis ulserativa dan penyakit Crohn, dan menurunkan tekanan darah.
Tapi, "Puasa yang diikuti dengan diet vegetarian mengganggu aktivitas sistem kekebalan tubuh, terutama jika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan, seperti halnya dengan," dan penyakit autoimun lainnya, katanya.
Kepada WebMD dirinya mengutip setengah lusin studi yang diterbitkan dalam jurnal medis mulai dari American Journal of Physiology - Endocrinology and Metabolism hingga the Scandinavian Journal of Rheumatology.
Selain itu puasa dapat menghasilkan manfaat psikologis juga.
"Saya menggunakan puasa yang sangat singkat dengan pasien saya untuk membantu mereka mengatasi stres dan depresi," kata Agnese Barolo, seorang pelatih kehidupan dalam praktik kontemplatif di New Rochelle, NY.
"Saya memulai dengan hanya beberapa jam - jadi mereka belajar untuk katakan tidak pada makanan. Ini adalah langkah pertama untuk mengendalikan hidup mereka. "(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Source | : | WebMD,Healthline |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar