GridHealth.ID - Amerika Serikat (AS) kini tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus virus corona (Covid-19) terbanyak di seluruh dunia.
Berdasarkan data worldometers.info, Sabtu (18/4/20), jumlah kasus virus corona (Covid-19) di AS mencapai angka 737,921. Dari jumlah itu 67,653 di antaranya telah dinyatakan pulih, sementara 38,974 lainnya dikabarkan meninggal dunia.
Sementara itu, masih di benua yang sama, salah satu negara di Amerika Selatan bagian barat laut, yaitu Ekuador, tepatnya di Kota Guayaquil, kini diketahui tengah mengalami krisis virus corona (Covid-19).
Mengutip BBCNews, pemerintah Kota terbesar di Ekuador itu, diketahui kewalahan mengurus jenazah korban Covid
Seperti diketahui, korban meninggal dunia akibat Covid-19 di Ekuador saat ini diketahui berjumlah 456 orang dari 9,022 total kasus.
Berdasarkan informasi yang didapatkan, Guayaquil merupakan pusat wabah virus corona (Covid-19) di Ekuador.
Baca Juga: Jumlah Pasien Sembuh dari Covid-19 Makin Meningkat, Jadi Tanda Virus Corona Akan Berakhir
Melalui video yang beredar, terlihat gambaran yang terjadi di Kota Guayaquil mirip seperti yang kerap ditampilkan di film horor.
Banyak jenazah yang diletakkan di pinggir jalan dan menunggu berhari-hari sebelum diurus.
Baca Juga: Amerika Serikat Berduka, Catat Kematian Tertinggi Per Hari di Dunia, 1169 Pasien Covid-19!
"Kedua orang tua saya meninggal kemarin, pukul 10 pagi. Tolong saya, lihat kondisi mereka," kata salah satu warga sembari memperlihatkan jenazah kedua orang tua yang terbungkus kain dan dibaringkan di depan rumah.
Ada juga warga setempat mengaku jenazah keluarganya yang meninggal akibat Covid-19 sudah berhari-hari di rumah mereka.
Baca Juga: Borok China Diungkap, Pandemi Virus Corona Sebenarnya Bisa Dicegah
"Jenazah keluarga kami sudah ada di sini selama lima hari, tetangga sudah mulai protes. Aroma yang dikeluarkan mayat sungguh tidak tertahankan" kata warga Guayaquil lainnya.
Sementara warga lainnya mengeluhkan sulitnya mengambil jenazah pasien Covid-19 yang meninggal di rumah sakit untuk dikuburkan.
Baca Juga: Usai Hadiri Pemakaman, 6 Pelayat Meninggal Dunia Terinfeksi Covid-19
"Kami sudah menunggu sejak jam 5 pagi dan ada yang sudah menunggu 5-8 hari untuk mengambil jenazah keluarga kami," ujar warga lainnya.
Bahkan, di sana sejumlah gelandangan juga meninggal di jalanan.
Pemakaman umum di sana ikut ambruk di tengah terjadinya pandemi. Tidak lagi tersedia peti mati, sehingga banyak mayat yang dikubur menggunakan kardus.
Baca Juga: Jumlah Pasien Sembuh dari Covid-19 Makin Meningkat, Jadi Tanda Virus Corona Akan Berakhir
"tidak ada lagi peti mati. Jika ada harganya sangat mahal" ujar seorang tenaga medis.
"di sini ada 10-15 jenazah dan orang-orang menunggu untuk bisa menguburkan mereka. Mereka memberi kami waktu, tapi tidak ada yang bisa kita lakukan." tambahnya.
Melihat kondisi ini, pemerintah Equador melakukan permohonan maaf atas lambannya respon menghadapi pandemi Covid-19 di wilayahnya.
Baca Juga: Belum Ada Obat 100% Ampuh Lenyapkan Virus Corona, Peneliti: Tes Antibodi Corona Sulit Dibuat
"Sebelumnya angka kematian di Gunaquil sekitar 35 orang per hari, sekarang jadi 150 per hari." kata Juan Carlos Zevallos, Menteri Kesehatan Ekuador.
"Jenazah umumnya diurus pihak keluarga dan kamar mayat, tapi kini semua harus diurus pemerintah. Kami sudah melakukannya tapi butuh skala yang lebih besar. Saya yakinkan kini, Anda tak perlu lagi khawatir dengan pengurusan jenazah" tambah Juan.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | BBC,Worldometers |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar