GridHEALTH.id - Meski belum ada satupun obat yang dinilai dapat menyembuhkan virus corona, namu beberapa peneliti tidak patah asa untuk menciptakan obat dan vaksin demi melawan Covid-19.
Seperti baru-baru ini, ilmuwan pemerintah Amerika Serikat (AS) pada Jumat (17/4/2020) melakukan percobaan kecil ke sekelompok monyet.
Baca Juga: Hanya Pakai Obat Kutu, Ilmuwan Australia Hilangkan Virus Corona Dalam Waktu 24 Jam
Beberapa moneyt ini menunjukan hasil yang cukup baik selama percobaan terhadap obat bernama remdesivir yang diduga dapat menyembuhkan Covid-19.
Dikutip dari Kompas.com, uji coba ini melibatkan dua kelompok dari enam kera rhesus yang sengaja diinfeksi dengan SARS-CoV-2, nama resmi virus corona.
Baca Juga: Rentan Terinfeksi Virus Corona, Petugas Puskesmas Ini Sukarela Buat Face Shield untuk Bayi
Satu kelompok menerima obat itu yang dikembangkan oleh Gilead Sciences, sedangkan kelompok satunya tidak.
Kelompok yang menerima obat mendapat dosis intravena pertama mereka dalam 12 jam setelah infeksi, lalu terus berlanjut setiap hari selama 6 hari.
Para ilmuwan melakukan pengobatan awal, sesaat sebelum virus mencapai tingkat tertinggi di paru-paru hewan tersebut.
Baca Juga: Penelitian Baru: Kentut Dapat Sebarkan Virus Corona, Terutama pada Orang yang Tak Pakai Celana
Hewan yang dirawat menunjukkan peningkatan yang signifikan 12 jam setelah dosis pertama mereka, dan tren itu terus berlanjut selama studi yang berlangsung seminggu.
Salah satu dari enam hewan yang dirawat menunjukkan kesulitan bernapas ringan, sedangkan semua enam monyet yang tidak diobati mengalami sesak napas.
Melihat efeknya pada monyet, bagaimanakah efek samping dari obat remdesivir pada manusia?
Baca Juga: PSBB di Bogor, Seorang Jamaah Tiba-tiba Meninggal Saat Salat Jumat, Ada Lebam Biru Ditubuh Jenazah
Berdasarkan laman WebMD, obat remdesivir sempat digunakan untuk menangkal virus Ebola pertama kali muncul pada tahun 1976 dan mewabah di Afrika.
Namun obat ini memiliki efek samping yaitu dapat meningkatkan kadar enzim hati yang mungkin mengindikasikan kerusakan hati.
Para peneliti juga mendokumentasikan peningkatan enzim serupa pada hati tiga pasien positif Covid-19 di Amerika Serikat.
Baca Juga: Rentan Terinfeksi Virus Corona, Petugas Puskesmas Ini Sukarela Buat Face Shield untuk Bayi
Selain itu, efek samping seperti mual dan muntah dapat dirasakan jika seseorang tak kuasa dengan dosisnya.
Bahkan beberapa orang akan mengalami peningkatan aliran darah atau sebaliknya, jika mengonsumsi obat remdesivir dengan obat-obatan lainnya.
Meski demikian, Peneliti dari University of Chicago dalam New England Journal of Medicine pada Jumat (10/4) lalu melaporkan, obat itu telah menunjukkan kemanjuran cukup tinggi di rumah sakit Chicago, yang diuji coba ke pasien virus corona.
Bahkan hasil serupa terjadi pada penelitian sebanyak 53 pasien yang dilakukan di Amerika Serikat, Eropa, Kanada, dan Jepang.
Dalam studi itu, sebanyak 68% pasien membaik dan 57% dari mereka yang menggunakan ventilator tidak lagi membutuhkan bantuan pernapasan mekanik setelah minum obat remedesivir selama 10 hari.
Melihat hal positif ini, produsen obat tersebut berharap agar obat remdesivir ini dapat menyembuhkan para pasien Covid-19 di berbagai belahan dunia. (*)
#hadapicorona #berantasstunting
Source | : | Kompas.com,WebMD |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar