GridHEALTH.id - Selama ini beberapa ahli menduga bahwa rapid test corona tidak bisa menguji ada taau tidaknya virus dan tidak seakurat tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
Tes PCR atau dikenal dengan tes swab tenggorokan yang menguji sampel dari kelenjar saliva (dahak) seseorang diklaim dapat menunjukkan hasil yang akurat terkait infeksi dalam tubuh.
Baca Juga: Berbagai Metode Test Covid-19; PCR, Rapid Test, TCM, Apa Perbedaannya?
Namun dibalik gaung tes PCR yang sempurna, sebuah kejadian aneh dan baru pertama ini ditemui di Indonesia.
Dilansir GridHEALTH.id dari Kompas.com, seorang pasien dalam pengawasan (PDP) yang sedang diisolasi di RS Pratama Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali hasil tes PCR-nya selalu berubah-ubah.
Sekretaris Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Buleleng Gede Suyasa mengatakan, PDP tersebut telah menjalani tes PCR yang ke-12 pada 20 April 2020.
Sebelumnya, pasien telah menjalani 11 kali tes PCR dengan hasil yang berubah-ubah.
"Dan ini memang cukup membingungkan karena ada satu pasien yang menghadapi hasil swab berubah-ubah," kata Gede Suyasa, Minggu (19/4/2020).
Hasil negatif tak pernah beruntun sebanyak dua kali, sehingga pasien masih harus tertahan dan diisolasi.
"Dari positif beberapa kali jadi negatif, habis itu positif lagi beberapa kali jadi negatif. Sekarang kita berharap negatif, ternyata positif," ujanya.
Baca Juga: Keluarga Tenaga Medis Kena Bacok, Korban Merayap untuk Minta Tolong dengan Kondisi Berlumur Darah
Melihat hal tersebut, apa sebenarnya yang menyebabkan hasil tes PCR berubah dan benarkah tes PCR juga tidak akurat?
Berdasarkan data yang diunggah dalam National Center for Biotechnology Information, ada beberapa faktor yang memengaruhi tes PCR sendiri, seperti reaksi polimerase yang ditemukan dalam sampel, pembatasan reagen, akumulasi molekul pirofosfat, dan pelunakan sendiri dari produk yang terakumulasi.
Salah satu faktor yang kini tengah dihadapi Indonesia yaitu kekurangan reagen dalam tes PCR.
Dikabarkan sejumlah laboratorium mengalami kelangkaan stok reagen, sehingga pemerintah Indonesia pun kembali mencari donatur reagen dari negara-negara lainnya.
Reagen adalah cairan yang digunakan untuk mengetahui reaksi kimia, dalam hal ini mendeteksi infeksi Covid-19.
Semengtara itu, menurut seorang ali virologi klinis dari University of Western Australia, David Smith menyatakan bahwa waktu pengujian dapat memengaruhi hasil dari tes PCR tersebut.
"Satu yang tidak diketahui yang mempengaruhi kedua jenis tes adalah interaksi antara waktu dan akurasi," ujarnya dikutip dari Nature.
Jika tes dilakukan terlalu cepat setelah seseorang terinfeksi dan tubuh tidak punya waktu untuk mengembangkan antibodi, tes ini dirancang untuk mendeteksi infeksi virus corona dalam tubuh.
Namun jika tes dilakukan terlalu cepat, itu bisa melewatkan infeksi (infeksi tidak terlihat atau bisa dikatakan negatif Covid-19).
Melihat beberapa faktor tersebut, bisa jadi menajdi salah satu alasan mengapa hasil tes PCR sang PDP asal Bali tersebut selalu berubah-ubah.
Baca Juga: Keluarga Tenaga Medis Kena Bacok, Korban Merayap untuk Minta Tolong dengan Kondisi Berlumur Darah
Terlepas dari itu, Satgas Buleleng telah melaporkan kasus yang menimpa PDP tersebut pihak WHO. (*)
#hadapicorona #berantasstunting
Source | : | Kompas.com,ncbi,Nature |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar